Seleksi Ketat Bahan Alami Wangsa Jelita

Reading time: 2 menit
Foto: greeners.co/Renty Hutahaean

Jakarta (Greeners) – Perkembangan produk perawatan kulit yang mengkategorikan diri sebagai produk alami tengah berkembang pesat. Namun, tidak semua produk tersebut murni alami, bahkan kandungan di dalamnya terkadang berpotensi mengganggu kesehatan.

Salah satu pendiri sekaligus CEO Wangsa Jelita, Nadya Saib mengatakan bahwa produsen produk perawatan kecantikan dapat dengan mudah mengklaim produknya “natural” karena belum ada aturan baku terhadap konsep natural tersebut. “Yang namanya ‘natural’ itu tidak ada aturannya. Itu yang memotivasi saya dan teman-teman memulai bisnis ini,” ujar Nadya usai meluncurkan wajah dan program pengembangan baru dari Wangsa Jelita yang diadakan di Warung Kebunku, Jakarta, Selasa (21/04).

Meski demikian, Nadya pun mengatakan bahwa tidak ada produk perawatan kecantikan alami yang benar-benar bebas bahan kimia. Hanya saja, kadar bahan kimia yang digunakan harus dibatasi dan diseleksi untuk menjaga unsur kealamian produk dengan label tersebut.

“Istilah ‘natural’ tidak ada regulasinya dari segi farmasi. Tetap ada chemical yang digunakan, tapi tetap harus diseleksi,” kata almunus Institut Teknologi Bandung jurusan Farmasi ini.

Salah satu pendiri sekaligus CEO Wangsa Jelita, Nadya Saib (paling kanan). Foto: greeners.co/Renty Hutahaean

Salah satu pendiri sekaligus CEO Wangsa Jelita, Nadya Saib (paling kanan). Foto: greeners.co/Renty Hutahaean

Untuk itulah ia menetapkan dua aturan khusus yang harus dipenuhi dalam proses produksi Wangsa Jelita. “Harus ada manfaatnya dengan tubuh dan tidak ada potensi membahayakan tubuh,” katanya tegas.

Nadya juga menyatakan bahwa Wangsa Jelita merupakan sebuah social enterprise, dimana mereka berkolaborasi dengan komunitas lokal seperti petani dan pengrajin lokal sebagai rekan usaha. Salah satunya adalah komunitas Sarongge.

Komunitas Sarongge terdiri atas para ibu yang tinggal di Desa Sarongge, dekat kaki Gunung Pangrango, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Yayasan Green Initiative Foundation (GIF) serta supervisi Wangsa Jelita, belasan ibu-ibu yang tergabung dalam komunitas ini mampu memberikan nilai tambah kepada hasil alam yang mereka miliki, yaitu sereh dan kopi, menjadi sabun alami yang berkualitas.

Nadya juga menjelaskan bahwa untuk memajukan komunitas Sarongge, mereka berusaha menggalang dana di laman kitabisa.com/Sarongge. Penggalangan dana publik ini untuk mendanai pembelian peralatan produksi (alat suling), marketing, hingga operasional bagi komunitas Sarongge.

“Kami di Wangsa Jelita percaya bahwa bisnis adalah alat yang powerful untuk menyelesaikan masalah yang ada di komunitas secara berkelanjutan,” pungkas Nadya.

Penulis: Renty Hutahaean

Top