Trash Stock Festival 2016: Seni dan Musik Bicara Tentang Plastik

Reading time: 3 menit
Suasana Trash Stock Festival 2016. Foto: greeners.co/Gede Surya Marteda

Bali (Greeners) – Plastik merupakan salah satu masalah besar yang kini dihadapi oleh masyarakat Bali. Dari kota hingga desa penggunaan plastik tidak dapat dibendung. Situasi ini diperparah lagi dengan pola pikir masyarakat yang masih melihat plastik sebagai bahan yang mudah didapat sehingga dengan mudah pula dibuang. Kritik ini yang ingin disampaikan lewat Trash Stock Festival 2016 dengan tagline Music, Artistic, Plastic.

Acara ini diadakan selama dua hari pada tanggal 16-17 Juli 2016 di Taman Baca Kesiman yang berlokasi di Jalan Sedap Malam no.234, Bali. Acara ini merupakan yang kedua setelah sebelumnya pernah dilaksanakan pada bulan Juni tahun lalu. Konsep yang dibawa serupa, yakni festival yang meliputi konser musik, pameran, dan penampilan seni yang terinspirasi dari permasalahan lingkungan, utamanya sampah plastik.

“Dalam festival ini para pengunjung dapat melihat karya seni para seniman yang menuangkan kreativitas dalam berbagai bentuk karya menarik dari sampah bahkan ada pertunjukan seni ngelawang barong yang terbuat dari sampah,” kata Ketua Panitia TSF 2016, I Putu Hendra Arimbawa.

Hendra Arimbawa menjelaskan, TSF kali ini tetap mengusung konsep ‘Not For Profit’ dengan seluruh keuntungan yang akan dihasilkan akan didonasikan kepada IDEP Foundation untuk mendukung program pembuatan buku komik mengenai masalah sampah dan pencemaran sungai-sungai di Pulau Bali.

Donasi juga dialokasikan untuk para seniman independen yang mengajar anak-anak berkreasi dengan membuat benda-benda menarik dengan menggunakan sampah plastik daur ulang.

Gelaran lingkungan ini diikuti sekitar 20 komunitas dan personal yang menjadi peserta pameran dan pengisi acara. Termasuk seniman I Made Bayak yang sangat peduli dengan masalah sampah plastik di sekitar lingkungannya.

Beberapa karya seni busana yang ditampilkan dalam Trash Stock Festival 2016. Foto: greeners.co/Gede Surya Marteda

Beberapa karya seni busana yang ditampilkan dalam Trash Stock Festival 2016. Foto: greeners.co/Gede Surya Marteda

I Made Bayak memberikan pelatihan Plasticology yang mengajarkan tentang pembuatan karya seni dengan sampah sebagai bahan bakunya. Pelatihan ini telah ditekuni Made sejak tahun 2010 lalu.

“Pelatihan ini saya berikan dengan tujuan biar anak-anak mengenal kembali sampahnya,” jelas Made. Pria asal Tampak Siring ini menambahkan bahwa ia selalu mengadakan pelatihan setiap bulan walaupun tempatnya sering berpindah-pindah. “Workshop ini dari pembiayaan sendiri, sering kali menyisihkan dari hasil penjualan karya,” ungkap Made.

Gus Pande (8 tahun) asal Blenge, Gianyar, yang menjadi salah satu peserta pelatihan mengaku sangat senang bisa belajar tentang kreasi dari sampah. “Bila bisa dijadikan karya, sampah itu tidak akan jadi sampah lagi dan jadi bermanfaat,” tutur Gus Pande. Gus Pande membuat sebuah karya lukisan penari Bali menggunakan kain perca sebagai bahan dasarnya.

Beda lagi dengan I Ketut Gede Agus Adi (28) yang berasal dari desa yang sama dengan Made. Adi, begitu ia biasa disapa, berkreasi dengan mengunakan kertas bekas skripsi yang kemudian dipolesnya menjadi busana yang cantik.

Adi mengakui bahwa karya yang dihasilkannya terinspirasi dari fenomena sehari-hari yang ia lihat. Berkat hobinya sebagai penampil, Adi melihat potensi pada bahan-bahan sisa yang ada disekitarnya untuk dijadikan kostum. Total karya yang sudah dihasilkannya sebanyak lima buah busana, dua diantaranya dipamerkan di TSF 2016.

“Impian saya bisa membuat rumah kreatif di tempat tinggal saya,” tutur Adi. Untuk mengembangkan lebih jauh karya dari bahan daur ulangnya, Adi bertekad untuk bisa ikut dalam Jember Fashion Festival tahun ini. “Mudah-mudahan dengan begitu lebih banyak yang tergugah dan bisa ikut dalam rumah kreatif yang ingin dibangun nanti,” tambah Adi.

Selain karya-karya seniman, stan pameran juga diisi oleh komunitas dan usaha yang bergerak di bidang persampahan. Termasuk diantaranya komunitas Trash Bag divisi Bali, green-books.org, dan Nazava water filter.

Selain itu TSF 2016 juga menampilkan musisi-musisi papan atas Bali dengan karya yang mengangkat tentang isu lingkungan. Beberapa diantaranya seperti Nostress, Roby “Naviculla”, dan The Mangrooves,.

Semua penampilan tersebut dapat dinikmati dengan membeli tiket masuk seharga Rp25 ribu per orang atau dengan menukarkan sampah plastik bersih seberat 2 kg.

Penulis: Gede Surya Marteda

Top