Jakarta (Greeners) β Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Mount Fuji Research Institute (MFRI) dan NPO Volcano Tokyo dalam upaya pengurangan risiko bencana gunung api antara Indonesia dan Jepang. Kolaborasi yang telah terjalin selama beberapa tahun terakhir ini mendapat dukungan dari Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui skema Grassroot Cooperation Program.
Sebagai tindak lanjut dari kerja sama tersebut, digelar Simposium Internasional Penanggulangan Bencana di Prefektur Yamanashi, Jepang, pada Senin (12/5). Simposium ini menjadi ajang penting bagi para pemangku kepentingan dari kedua negara untuk berbagi pengalaman, wawasan, dan praktik terbaik dalam pengelolaan risiko bencana, khususnya terkait aktivitas vulkanik.
BACA JUGA: Citra Satelit NASA Bisa Deteksi Dini Letusan Gunung Berapi
Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, Wiwiet Suryanto, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan contoh konkret dari kolaborasi lintas negara. Menurutnya, kerja sama semacam ini dapat memperkuat kapasitas lokal dalam menghadapi ancaman geohazard.
βPengalaman penanggulangan bencana gunung api Fuji bisa menjadi inspirasi penting bagi kita di Indonesia. Terutama dalam mengembangkan model pendidikan kebencanaan sejak dini. Kemudian, sistem peringatan dini berbasis komunitas,β ungkap Wiwiet melansir Berita UGM, Kamis (22/5).
Simposium ini juga membahas berbagai aspek penting, mulai dari mitigasi sebelum bencana, respons saat bencana terjadi, hingga strategi pemulihan pasca-bencana. Diskusi juga menyoroti pentingnya peran aktif masyarakat desa, lembaga akademik, serta pemerintah daerah dalam membangun ketangguhan komunitas secara terpadu.
Perluas Kerja Sama
Wiwiet turut serta dalam simposium tersebut tidak hanya sebagai koordinator pelaksana kegiatan, tetapi juga mendampingi delegasi dari Bali.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Bali, I Putu Suta Wijaya, menekankan pentingnya memperluas jaringan kerja sama internasional. Hal itu bertujuan untuk memperkuat kapasitas daerah dalam pengurangan risiko bencana.
βKami melihat langsung bagaimana masyarakat Jepang terlibat aktif dalam proses mitigasi, termasuk dalam perencanaan kebijakan. Ini memberikan banyak pelajaran yang bisa kita adaptasi sesuai konteks lokal Bali maupun daerah lain di Indonesia,β terangnya.
Senada dengan itu, Ketua Pusat Studi Bencana Universitas Udayana, I Nyoman Sutarja, juga menyoroti pentingnya kontribusi perguruan tinggi dalam menghubungkan ilmu pengetahuan dengan praktik di lapangan.
βUniversitas memiliki peran strategis dalam membangun jembatan antara teknologi, kebijakan, dan kebutuhan masyarakat. Kegiatan ini mempertegas urgensi peran itu,β ungkapnya.
Sementara itu, Wiwiet menegaskan bahwa kunjungan delegasi Indonesia ini merupakan bagian dari upaya mempererat kerja sama antara institusi di Indonesia dan Jepang. Khususnya, dalam pengurangan risiko bencana berbasis komunitas.
Ia berharap hasil dari kunjungan dan forum ini dapat berkembang lebih lanjut menjadi program-program kolaboratif yang konkret. Contohnya pendidikan kebencanaan, pelatihan relawan desa, serta penerapan teknologi tepat guna di wilayah rawan bencana di Indonesia.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia