21 Penyu Mati di Pesisir Paloh, BPSPL Pontianak: Penyebabnya Masih Diselidiki

Reading time: 2 menit
21 penyu mati
Ilustrasi. Foto: pxhere.com

Kalimantan Barat (Greeners) – Sebanyak 21 ekor penyu ditemukan terdampar di pesisir Pantai Paloh, Kalimantan Barat, dalam keadaan mati dan membusuk. Hal ini disebabkan oleh pencemaran laut yang saat ini masih diselidiki dari mana asalnya. Hasil pemeriksaan sementara oleh Flying Vet Indonesia mengindikasikan penyu dalam kondisi mati disebabkan oleh faktor keracunan limbah kimia B3, sementara Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak menyatakan masih melakukan penyelidikan.

“Saat ini kami masih mendalami segala kemungkinan serta mengumpulkan bahan dan keterangan terkait kejadian dugaan pencemaran laut di perairan Paloh yang mengakibatkan kematian penyu. Adapun sampel yang diambil pada Minggu (8/4/18), sedang dalam tahap pengujian di laboratorium dan konsultasi ke lab oleh WWF Indonesia,” kata Kepala BPSPL Pontianak Getreda Melsina Hehanussa kepada Greeners melalui layanan pesan singkat, Sabtu (14/04/2018).

BACA JUGA: Terungkap, Penyebab Terjadinya Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan

Ia juga menegaskan bahwa sejak ditemukannya 21 penyu yang mati tersebut, BPSL Pontianak tidak menemukan lagi penyu yang mati di perairan Paloh hingga saat ini.

“BPSPL Pontianak masih menunggu hasil analisis terkait pola arus untuk mengetahui kira-kira dari mana asal limbah tersebut. Perlu kami sampaikan bahwa dari tanggal 10/4/18 sampai dengan saat ini, enumerator (petugas lapangan, Red.) kami di lapangan tidak menemukan adanya kematian penyu di perairan Paloh,” kata Getreda.

Lebih lanjut Getreda menjelaskan bahwa dokter hewan dari BKSDA Provinsi Kalbar, WWF dan Flying Vet telah melakukan nekropsi terhadap penyu-penyu yang mati tersebut. Enumerator BPSPL Pontianak juga telah menguburkan penyu-penyu tersebut untuk mencegah kemungkinan adanya penyebaran bakteri pembusuk yang berbahaya bagi kesehatan manusia mengingat pantai Paloh sering dikunjungi oleh wisatawan.

“Nekropsi dilakukan pada 5 penyu yang telah mati. Hasilnya, pada 4 ekor penyu ditemukan polutan dan sea grass pada organ pencernaannya sedangkan 1 ekor belum bisa di identifikasi penyebab kematiannya,” katanya.

BACA JUGA: Sampah Mikroplastik, ‘Monster Mini’ yang Ancam Ekosistem Laut

Atas kejadian ini, BPSPL Pontianak melakukan beberapa tindakan antara lain melakukan pemantauan dan pengumpulan data terkait penyu terdampar di perairan Paloh, melakukan respon cepat dalam penanganan penyu yang terdampar, dan berkoordinasi dengan para pihak seperti BKSDA provinsi Kalbar, stasiun Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pontianak dan pihak terkait lainnya dalam penanganan kejadian kematian penyu di Perairan Paloh. Hal ini dilakukan agar dalam waktu dekat dapat diketahui penyebab dari kematian penyu-penyu tersebut sehingga dapat mengantisipasi kejadian seperti ini di masa yang akan datang.

Dihimpun dari data WWF Indonesia, sebanyak 21 ekor penyu ditemukan terdampar di pesisir Paloh, Kalimantan Barat, dalam keadaan mati dan membusuk. Tim monitoring penyu WWF-Indonesia di Paloh mencatat kejadian terdampar mati penyu-penyu tersebut ditemukan secara berturut-turut sejak tanggal 6 Februari hingga 7 April 2018, dengan temuan penyu terdampar mati sebanyak 11 ekor terjadi pada tanggal 6 April 2018.

Hasil pemeriksaan medik yang dilakukan oleh dokter hewan Flying Vet Indonesia mengindikasikan bahwa penyu yang dijumpai terdampar dalam kondisi mati disebabkan oleh faktor keracunan limbah kimia B3 yang menyerupai aspal. Sedangkan penyu yang terdampar sakit kematiannya disebabkan oleh malnutrisi sebagai akibat tersumbatnya lambung penyu karena mengkonsumsi sampah plastik yang berukuran besar (5 cm x 8 cm).

Penulis: Dewi Purningsih

Top