88% Warga Sukaluyu Konsisten Pilah Sampah dari Rumah

Reading time: 3 menit
Warga Sukaluyu rutin memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani
Warga Sukaluyu rutin memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Jakarta (Greeners) – Sebanyak 88% warga Kawasan Bebas Sampah (KBS) RW 09 Kelurahan Sukaluyu, Kota Bandung telah konsisten memilah sampah di rumah. Hal ini menjadi salah satu bentuk keberhasilan pengelolaan sampah skala RW.

Seluruh sampah yang dipilah di wilayah RW juga dikelola dengan baik. Misalnya, sampah organik telah RW 09 kelola di Taman Lansia melalui pengomposan. Warga kemudian menyumbangkan sampah anorganik seperti botol plastik kepada petugas sampah untuk dijual. Alhasil, petugas mendapat upah tambahan.

Ketua KBS RW 09 Kelurahan Sukaluyu, Iwan Poernawan mengatakan warga butuh waktu adaptasi yang lama untuk memilah sampah.

Warga Sukaluyu rutin memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Warga Sukaluyu rutin memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

“Memang mengubah paradigma kebiasaan sampah dari ‘kumpul, angkut, buang’ menjadi sistem pemilahan tidak mudah. Sejak tahun 2015, sistem baru mulai berjalan sekitar dua sampai tiga tahun. Alhamdulillah, dengan adanya edukasi yang konsisten, hasilnya cukup signifikan,” kata Iwan saat diskusi bersama media di Bandung, Sabtu (16/9).

Sejak tahun 2015, RW 09 terpilih menjadi salah satu KBS yang menerapkan program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan Sampah). Untuk membentuk kebiasaan warga dalam memilah sampah, tidak terlepas dari sejumlah pendekatan.

BACA JUGA: Petugas Apresiasi Warga Sukaluyu yang Konsisten Pilah Sampah

Khusus di RW 09, Iwan bersama para kader KBS melanjutkan upaya edukasi pada saat kegiatan temu warga. Misalnya, edukasi tentang pemilahan ini disela- sela kegiatan senam, arisan, pengajian, dan kerja bakti. Menyelipkan edukasi dalam pertemuan rutin warga ini menjadi cara yang efektif untuk mendorong warga memilah sampah di rumah.

Kebiasaan memilah dan mengelola sampah berdasarkan zona RW yang sudah dilakukan sejak lama kini membawa manfaat. Apalagi saat darurat sampah Bandung, RW 09 tidak merasakan dampaknya. Sebab, kata Iwan, warga RW 09 sudah lama melakukan pemilahan sampah.

Warga Sukaluyu rutin memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Warga Sukaluyu rutin memilah sampah. Foto: Dini Jembar Wardani

Warga Dapatkan Pupuk Gratis dari Sampah

Nina Nuryati (70), salah satu warga KBS RW 09, mulai memilah sampah pada tahun 2015 atau delapan tahun yang lalu. Atas dorongan pemerintah dan dukungan tak tergoyahkan dari RW setempat, Nina terpacu untuk memilah sampah di rumah.

“Ya, karena sudah terasa manfaatnya. Walaupun sampah sudah satu minggu (belum diangkut), tidak ada lalat,  tidak ada bau di dalam rumah.  Awalnya melakukan ini juga sulit dan prosesnya panjang karena mengalihkan kebiasaan yang sudah bertahun-tahun. Namun, lama-lama kami udah biasa kan,  jadi sudah gini aja,” kata Nina.

Berdasarkan pantauan Greeners, ada tiga tong sampah di depan rumah Nina. Ketiga wadah ini untuk memilah sampah, antara lain sampah organik, daur ulang, dan residu.

BACA JUGA: Petunjuk Pemilahan Sampah di Fasilitas Publik Harus Mudah Dipahami

Selain itu, sampah organik yang warga kumpulkan akan dikelola lebih lanjut oleh petugas sampah dan dikompos di lahan Taman Lansia RW 09. Hasil kompos tersebut akan menjadi pupuk. Nina, warga RW 09, juga menggunakan pupuk ini setiap enam bulan sekali.

“Nanti komposnya balik jadi pupuk, bisa buat tanaman. Setiap enam bulan sekali dipanen. Jadi, sampah organik itu balik lagi ke warga untuk menyuburkan tanaman,” lanjut Nina.

Tidak Terlepas dari Tantangan

Koordinator Manajer Kota Zero Waste Cities Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB), Ratna Ayu Wulandari menyatakan dalam menerapkan pengelolaan sampah berbasis di kawasan RW ini tidak terlepas dari sejumlah tantangan.

“Pasti ada tantangan. Jadi, awal pendekatannya kami bersama RW terus mencoba sosialisasi, kemudian ada edukasi. Lalu, sambil berjalan programnya, kita juga buktikan manfaatnya. Misalnya, manfaat untuk petugas sampah. Kemudian, akhirnya warga bisa memilah,” ujar Ratna.

Bahkan, lanjut Ratna, uniknya saat program pemilahan ini berjalan, ada sejumlah warga yang marah dan tidak ingin memilah. Namun saat ini justru warga tersebut yang paling rajin untuk memilah sampah.

Sementara itu, dalam mengedukasi tentang pemilahan sampah ini bukan hal yang mudah. Sebab, butuh banyak aspek yang perlu disampaikan secara bertahap.

“Mungkin di awal-awal mau ada kesalahan atau apa,  tidak masalah. Memang yang kita inginkan mengubah paradigma, mengubah mindset yang awalnya sampah tercampur, ini harus terpilah dan kita coba benar-benar sampaikan memilahnya ini bagaimana,” tutur Ratna.

Oleh karena itu, hal yang terpenting saat ini yaitu terus menggencarkan edukasi. Kemudian, peranan RT, RW, kader, dan petugas sampah juga tidak kalah penting untuk mendorong warga melakukan pemilahan sampah di rumahnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top