Banjir Bandang di Garut Akibat Rusaknya DAS Cimanuk

Reading time: 2 menit
banjir bandang
Foto: Sutopo/BNPB

Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan rusaknya daerah aliran sungai Cimanuk sebagai penyebab banjir bandang yang terjadi di Garut, Jawa Barat.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan bahwa sejak tahun 1980-an, Sungai Cimanuk memang telah dinyatakan sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis.

“Kondisi ini diperparah dengan curah hujan tinggi yang melanda 5 kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Dengan kondisi seperti ini, jika terjadi hujan lebat sering mengakibatkan banjir dan longsor,” katanya, Jakarta, Kamis (22/09).

BACA JUGA: Pembangunan Berbasis Jawa Sentris Picu Bencana Ekologis Pulau Jawa

Rusaknya DAS Cimanuk bisa dilihat dari parameter Koefisien Regim Sungai (KRS) atau perbandingan debit maksimum pada saat banjir dibanding dengan minimum pada saat tidak terjadi banjir. Suatu DAS dinyatakan buruk, jelas Sutopo, jika KRS lebih besar dari 80. Sedangkan KRS cimanuk berada pada angka 713 yang artinya sudah berada di atas batas normal.

“Jika dibandingkan dengan sungai yang ada di Pulau Jawa, DAS Cimanuk memiliki KRS paling buruk,” katanya.

banjir bandang

BNPB melaporkan hingga Rabu (21/09) malam, korban meninggal berjumlah 23 orang dan 18 orang masih dalam pencarian akibat bencana banjir bandang yang melanda Garut. Foto: Sutopo/BNPB

Terkait perkembangan penanganan bencana banjir bandang di Garut, Sutopo mengatakan kalau Kepala BNPB, Willem Rampangilei, telah melaporkan langsung perkembangannya kepada Presiden RI pada Rabu malam (21/9/2016). Kepala BNPB sendiri telah berada di lokasi bencana sejak kemarin untuk mendampingi BPBD dalam penanganan darurat.

Upaya tanggap darurat di bawah pos komando (posko) bencana masih terus dilakukan hingga hari ini. Salah satunya pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana, seperti makanan, hunian, dan air bersih.

“Pengungsi ditempatkan di aula Korem dalam keadaan baik. Ketersediaan permakanan, air bersih cukup. Plus bantuan dari masyarakat,” ungkap Kepala BNPB Willem Rampangilei di Posko Bencana Tanggap Darurat Bencana Banjir dan Longsor Garut pada Selasa malam (21/9).

BACA JUGA: Pasca Hujan Deras, BNPB Petakan 15 Titik Banjir dan Genangan di Jakarta

Willem menambahkan bahwa Bupati Garut Rudi Gunawan juga menyiapkan Rusun dengan kapasitas 100 orang. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, saat ini pengungsi berjumlah 433 jiwa. Mereka ditempatkan di pos pengungsian Makorem 062 TN.

BNPB telah mengirim bantuan logistik senilai Rp 2 milyar untuk BPBD Garut dan BPBD Provinsi Jawa Barat. Bantuan berupa makanan siap saji, selimut, tikar, tenda, pakaian sekolah dan baju anak-anak dan lainnya. “Dana Siap Pakai dari Pemerintah untuk mendukung operasional tanggap darurat sebesar Rp 400 Juta telah disiapkan,” kata Willem.

Kepala BNPB dari lokasi kejadian juga melaporkan bahwa hingga malam tadi (21/09), korban meninggal berjumlah 23 orang dan 18 lainnya masih dalam pencarian. Pencarian korban melibatkan tim gabungan dari BPBD, Badan SAR Nasional, TNI, Polri, PMI, Tagana, dinas-dinas terkait, relawan dan masyarakat.

Penulis: Danny Kosasih

Top