Banjir, Longsor dan Puting Beliung Masih Menghantui Jawa Timur

Reading time: 2 menit
banjir
Ilustrasi. Foto: greeners.co/Muhajir Arifin

Surabaya (Greeners) – Bencana banjir, longsor dan puting beliung kerap terjadi di wilayah Jawa Timur (Jatim) sejak Desember tahun lalu. Bencana tersebut masih berpotensi terjadi hingga beberapa pekan kedepan. Warga diimbau menjaga lingkungan sekitar dan tetap mewaspadai bencana yang bisa datang sewaktu-waktu.

“Cuaca di wilayah Jawa Timur ke depan masih ekstrim dan diperkirakan bencana alam banjir, puting beliung, tanah longsor masih berpotensi terjadi. Kita harus menyadari bahwa ada beberapa titik yang merupakan daerah yang rawan terhadap bencana,” kata Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf usai acara Diskusi Publik “Membedah Tata Kelola Bencana di Jawa Timur” dalam rangka Peringatan HUT ke 71 PWI dan Hari Pers Nasional (HPN) di Hotel Santika Premier Surabaya, Senin (27/03/2017).

Ia menyebutkan, dari 38 kabupaten dan kota di Jatim terdapat daerah-daerah yang berpotensi terkena banjir, longsor, angin puting beliung. Diantaranya Malang, Jember, Lumajang, Banyuwangi, Pacitan, Trenggalek, Madiun, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Blitar, Tulungagung, Kediri, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Bangkalan, Sampang, Jombang, Mojokerto, Nganjuk, Bojonegoro, Tuban, Surabaya, Gresik, Lamongan dan Sidoarjo.

BACA JUGA: Banjir Terus Mengancam, Wagub Jatim Minta Alih Fungsi Lahan Hutan Dihentikan

Tahun ini, intensitas bencana cenderung meningkat dari tahun sebelumnya. Khususnya banjir, di sejumlah daerah bisa terjadi setiap hujan lebat karena sejumlah sungai yang tidak mampu menampung debit air. Banjir juga relatif lama surut, selain karena lokasi yang rendah juga karena pasang air laut.

Banjir juga merusak berbagai infrastruktur jalan dan lahan pertanian yang dampaknya sangat besar pada perekonomian warga. Selain terhambatnya transportasi dan banyak terjadi kecelakaan karena jalan rusak, warga juga merugi karena gagal panen.

“Karena itu kami akan bekerja keras untuk memperbaiki keadaan ini dengan membuat tanggul-tanggul, maupun normalisasi,” ujar Saifullah Yusuf.

Di sejumlah daerah juga direncanakan pembangunan kolam-kolam retensi. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Pusat untuk mengatasi banjir secara komprehensif. Selain itu, ia juga meminta masyarakat menjaga lingkungannya. Ia juga mengimbau alih fungsi lahan hutan dan penebangan liar di hulu yang menjadi salah satu penyebab banjir agar segera dihentikan.

“Kita ingin membangun kesadaran masyarakat bahwa mereka tahu situasi dan kondisi lingkungan dengan baik sehingga mereka bisa berpartisipasi untuk menjaga lingkungannya,” ujarnya.

BACA JUGA: Antisipasi Banjir, BNPB dan MIT Luncurkan PetaBencana.id

Secara umum, sistem peringatan dini akan bencana alam di Jawa Timur sudah sangat baik. Koordinasi antar jajajaran terkait juga berjalan sehingga korban jiwa akibat bencana alam bisa dicegah. Namun, Saifullah mengakui bahwa masyarakat Jatim masih enggan untuk mengungsi ketika bencana banjir datang.

“Rata-rata masyarakat Jawa Timur juga enggan diajak mengungsi ke tempat pengungsian yang sudah disediakan oleh aparat. Tempat pengungsian pun menjadi kosong. Mereka lebih senang tinggal di rumah saudaranya atau tetangganya yang tidak terkena banjir atau bertahan di rumahnya,” katanya.

Bencana alam seperti banjir dan longsor kerap terjadi di sejumlah wilayah di Jatim sejak Desember tahun lalu dan masih kerap terjadi hingga saat ini. Sepekan terakhir, longsor terjadi di sejumlah lokasi di lereng Gunung Bromo, baik di wilayah Pasuruan maupun Probolinggo.

Yang terparah terjadi di jalur wisata Air Terjun Madakaripura di Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Longsor menyebabkan jalur wisata dan jalan penghubung antar desa terputus. Longsornya tebing setinggi 50 meter yang menutupi ruas jalan sepanjang 75 meter dengan ketinggian 4 meter itu merusak saluran air bersih sehingga ribuan kepala keluarga krisis air.

Banjir juga kembali terjadi di Pasuruan. Ratusan rumah terendam dampak luapan Sungai Welang yang membelah wilayah Kabupaten dan Kota Pasuruan. Ketinggian air di pemukiman mencapai 1,5 meter.

Selain itu, banjir bandang yang menerjang Desa Kalikatir, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Bencana ini mengakibatkan 8 rumah rusak. Selain itu, puluhan rumah lainnya terendam lumpur dan ratusan ternak warga hanyut. Saat ini warga memperbaiki rumah dan membersihkan lumpur sisa air bah tersebut.

Penulis: MA/G12

Top