Siaga! La Nina Hingga November 2022, Curah Hujan Bakal Meningkat

Reading time: 2 menit
La Nina picu peningkatan curah hujan. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, La Nina masih akan terjadi hingga November 2022 mendatang. La Nina membuat peningkatan curah hujan saat periode musim hujan.

Kondisi ini berdampak pada masih terjadinya hujan di sejumlah wilayah. Meski sejumlah zona musim di wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau sejak pertengahan Juli 2022 lalu.

Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dr Urip Haryoko menyatakan, pada pertengahan Agustus ini La Nina masih berlangsung. Ia menyebut La Nina berada pada intensitas lemah dengan nilai indeks (anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik Tengah dan Timur) sebesar 0.91.

Fenomena ini mencapai intensitas sedang yaitu pada November-Desember 2021 dan Maret-Mei 2022 lalu. “La Nina diperkirakan masih akan berlanjut setidaknya hingga periode September- Oktober- Nopember (SON),” katanya kepada Greeners, Sabtu (13/8).

Berdasarkan catatan BMKG, pada bulan Agustus, setidaknya 67,12 % wilayah Indonesia yang perkiraannya mengalami curah hujan kategori menengah (100 – 300 mm/bulan).

Sementara 23,02 % wilayah BMKG prakirakan mengalami curah hujan kategori tinggi hingga sangat tinggi (>300 mm/bulan). Selanjutnya, hanya 9,86 % wilayah Indonesia yang akan mengalami curah hujan kategori rendah (0 – 100 mm/bulan).

Masyarakat korban terdampak bencana memantau bangunan roboh pascalongsor. Waspadai potensi bencana jelang akhir tahun. Foto: BNPB

Indonesia Tengah dan Timur Bakal Alami Peningkatan Curah Hujan

Berdasarkan fenomena La Nina periode September-Oktober-Nopember, La Nina lebih banyak berdampak di wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Dampak yang dirasakan adalah peningkatan curah hujan bulanan.

“Prakiraan curah hujan bulanan BMKG pada September dan Oktober 2022 dapat mencapai 150-200 % dari normalnya,” ucapnya.

Urip mengatakan, curah hujan tersebut utamanya banyak terjadi di sebagian besar Kalimantan, Jawa dan Sulawesi. Sementara pada September 2022 curah hujan di atas normal bakal terjadi di sebagian besar Kalimantan, Jawa dan Sulawesi.

Urip mengungkap, dampak La Nina sangat signifikan. Satu sisi masyarakat dapat mengambil manfaat dari berlebihnya air hujan pada musim kemarau untuk memastikan kebutuhan air. Akan tetapi di sisi lain potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.

“Kenaikan curah hujan menyebabkan peningkatan potensi banjir. Terutama di bantaran sungai serta dataran rendah longsor di daerah dengan topografi curam,” ungkapnya.

Urip memastikan BMKG akan selalu memberikan informasi terkait cuaca, iklim serta peringatan dini secara berkala pada masyarakat. Termasuk, mengurangi dampak bencana imbas anomali La Nina.

Ia meminta keterlibatan aktif pemerintah daerah untuk menanggapi serius peringatan dini La Nina yang BMKG keluarkan. Tujuannya untuk menekan dampak kerugian lebih besar.

“Pada pemda agar tak meremehkan peringatan dini La Nina ini. Jangan sampai melupakan upaya mitigasi dan upaya penanggulangan pasca kejadian. Mitigasi komprehensif bisa menekan kerugian korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi,” tuturnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top