COP28, BMKG Tunjukkan Antisipasi Bencana di Pesisir

Reading time: 2 menit
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menghadiri Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP28) di Dubai. Foto: BMKG
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menghadiri Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP28) di Dubai. Foto: BMKG

Jakarta (Greeners) – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, menghadiri Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP28) di Dubai, Uni Emirat Arab. Pada kesempatan ini, Dwikorita berfokus membahas soal perubahan iklim dan penguatan antisipasi bencana oleh masyarakat pesisir di Indonesia.

Dalam penguatan itu, BMKG telah memberikan data pengamatan dan ketahanan di wilayah pesisir Indonesia. Dwikorita berharap, dengan adanya data tersebut masyarakat dapat menerima informasi hingga mengimplementasikannya dalam aktivitasnya sehari-hari.

BACA JUGA: BMKG Perkuat Sistem Peringatan Dini Multibencana

Dwikorita menjelaskan, agar masyarakat dapat menerima informasi tersebut, BMKG juga senantiasa berusaha untuk mengkomunikasikannya dengan bahasa sederhana.

“Oleh sebab itu, akhirnya kami memberikan literasi kepada petani dan nelayan di bidang kelautan. Sebab, kami juga memiliki beberapa area pertanian di dekat garis pantai, agar mereka bisa lebih memahami fenomena cuaca dan iklim, anomali iklim. Sehingga, mereka dapat melindungi diri mereka sendiri dan membuat rencana bagaimana mengembangkan kemakmuran mereka dari hasil produksi mereka,” ujar Dwikorita dalam keterangan pers.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menghadiri Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP28) di Dubai. Foto: BMKG

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menghadiri Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP28) di Dubai. Foto: BMKG

60% Wilayah Indonesia Didominasi Lautan

Di hadapan delegasi negara, Dwikorita menyampaikan Indonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau. Sebanyak 60% wilayah Indonesia adalah lautan dengan garis pantai sepanjang 99.000 kilometer (km)–yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.

“Kami sangat terpengaruh oleh berbagai faktor pendorong iklim. Seperti El Nino, La Nina, angin muson Asia, angin muson Australia, gelombang atmosfer, dan beberapa faktor pendorong lainnya seperti MGO,” kata Dwikorita.

Di sisi lain, populasi masyarakat Indonesia yang hidup di wilayah pesisir pun jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu, penting untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat untuk memastikan keselamatan dan keberlanjutan ekosistem.

Kehadiran BMKG di COP28 Diakui sebagai Langkah Proaktif

Kehadiran BMKG dalam COP 28 menjadi langkah proaktif Indonesia untuk berkontribusi dalam pembentukan kebijakan global terkait perubahan iklim. Selain itu, konferensi ini juga dapat membuka pintu kerja sama lebih lanjut antarnegara. Terutama, dalam menghadapi tantangan bersama terkait perubahan iklim dan bencana alam.

COP 28 adalah forum pengambilan keputusan multilateral satu-satunya di dunia, tentang perubahan iklim dengan hampir seluruh anggota negara di dunia. Forum ini bertujuan untuk membahas cara-cara mengatasi krisis iklim. Misalnya, membatasi kenaikan suhu global, membantu komunitas yang rentan beradaptasi dengan efek perubahan iklim, dan mencapai emisi bersih pada tahun 2050.

BACA JUGA: VCA: Libatkan Kelompok Rentan dalam Mitigasi Perubahan Iklim

Lebih dari 70.000 delegasi menghadiri COP28, termasuk negara-negara anggota Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC).

Dengan demikian, BMKG berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam arena internasional guna membangun dunia yang lebih tahan bencana melalui kerja sama yang kokoh dan berkelanjutan.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top