Gerakan Bersihkan Indonesia Ajak Milenial Kritisi Isu Energi Bersih

Reading time: 2 menit
gerakan bersihkan indonesia
Kiri ke kanan: Faldo Maldini sebagai juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Tsamara Amany sebagai juru bicara Tim Kemenangan Nasional Jokowi-Ma’ruf, Adhityani Putri (Dhitri) selaku Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah mewakili Gerakan Bersihkan Indonesia. Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Partisipasi aktif pemilih muda atau pemilih generasi milenial dalam politik akan turut menentukan masa depan bangsa dan negara. Untuk memberikan kesempatan bagi pemilih milenial meluaskan wawasannya khususnya terkait energi bersih, Gerakan #BersihkanIndonesia mengadakan showcase bagi pemilih milennial bertajuk Energi Bersih Masa Depan Indonesia “Beralih ke Energi Terbarukan adalah Hak Kaum Milenial”.

Adhityani Putri selaku Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah mewakili Gerakan Bersihkan Indonesia mengatakan bahwa ide dibalik showcase ini muncul karena energi bersih sangat minim dibahas pada debat capres pada Februari lalu dengan tema bahasan energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan. Menurut Adhityani atau akrab disapa Dhitri, energi bersih adalah kunci dari masa depan Indonesia sebagai negara besar dan perekonomian maju.

“Pemilih milenial berorientasi masa depan. Mereka menginginkan adanya pembahasan mengenai teknologi dan sumber energi bersih, karena mulai tumbuh kesadaran akan pentingnya energi bersih untuk menjadi bagian dari masa depan Indonesia. Industri energi bersih dapat mendatangkan peluang kerja, inovasi dan wirausaha yang luar biasa ragam dan bentuk. Energi bersih juga kunci dari kehidupan yang diinginkan para milenial dimana ada kebebasan gerak dan kebebasan menghirup udara bersih dan kebebasan untuk produk dan konsumsi,“ kata Dhitri saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (20/03/2019).

BACA JUGA: Golhut Ajak Milenial Memilih Capres & Cawapres yang Peduli Lingkungan 

Dhitri mengatakan dari showcase ini nantinya para milenial akan tahu bagaimana para calon pembuat keputusan mengubah stigma dan paradigma akan energi terbarukan di Indonesia jika duduk di parlemen pemerintahan.

Juru bicara Tim Kemenangan Nasional Jokowi-Ma’ruf, Tsamara Amany mengatakan bahwa proses energi terbarukan di Indonesia akan terus dilanjutkan pada pemerintahan Jokowi karena saat ini Indonesia sudah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap yang merupakan energi terbarukan tenaga angin pertama kali dan akan terus diupayakan untuk energi terbarukan di sektor lainnya. Selain itu juga ada pemanfaatan sawit untuk bahan bakar nabati, walaupun memang memiliki dampak yang harus dipecahkan.

“B20 saat ini sudah dikembangkan tapi banyak persoalan sawit merusak lingkungan dan Pak Jokowi sudah menetapkan moratorium sawit. Melihat hal ini Indonesia bisa lebih progresif lagi dalam menuangkan kebijakan yang pro lingkungan. Hal konkritnya dibuat saja kewajiban bangunan dan gedung menggunakan tenaga panel surya, bisa lebih progresif dengan menggunakan peraturan daerah. Jadi pemerintah harus lebih berani, dan itu akan saya upayakan ke depannya,“ ujar Tsamara.

BACA JUGA: Jelang Pemilu 2019, Saatnya Politikus Hijau Gaet Generasi Milenial 

Dalam acara yang sama, Faldo Maldini sebagai juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi mengatakan bahwa masalah energi terbarukan bukan hanya masalah teknologi. Menurutnya, hulu permasalahan energi terbarukan terletak pada perilaku dan budaya masyarakat, misalnya perilaku hemat energi.

“Saat ini permintaan energi kita masih besar, tetapi kita tidak pernah mencapainya. Kebutuhan energi listrik di seluruh Indonesia 35.000 mega watt, tapi baru mencapai 1.600-an. Oleh sebab itu, kita butuh budaya masyarakat yang hemat listrik. Karena masalahnya ada di hulu yakni permintaan terlalu besar, tetai suplai terbatas. Selain itu, implementasinya nanti mobil yang tidak hybrid atau bukan mobil listrik tinggikan saja pajaknya, jadi barang-barang yang ramah lingkungan bisa masuk,” kata Faldo.

Sebagai informasi, gerakan #BersihkanIndonesia merupakan gerakan moral non partisan yang dibentuk September 2018 untuk mendorong munculnya energi bersih sebagai agenda kampanye dan janji politik para Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden jelang Pemilihan Umum di tanggal 17 April 2019 nanti. Gerakan ini dimotori 35 organisasi masyarakat sipil di bidang energi, lingkungan hidup, anti korupsi dari seluruh pelosok Indonesia.

Penulis: Dewi Purningsih

Top