Hutan Kehje Sewen Sambut Kelahiran Bayi Orang Utan

Reading time: 3 menit
Kelahiran bayi orang utan. Foto: BOS Foundation
Kelahiran bayi orang utan. Foto: BOS Foundation

Jakarta (Greeners) – Bertepatan dengan Hari Primata Nasional pada 30 Januari, Hutan Kehje Sewen kembali menyambut kelahiran bayi orang utan. Setelah terkonfirmasi hamil oleh dokter hewan Borneo Orang Utan Survival (BOS) Foundation pada awal bulan Oktober tahun lalu, orang utan bernama Lesan akhirnya melahirkan bayi tersebut.

Tepat pada akhir 2022, Lesan terlihat di sekitar kamp Lesik dengan perut yang masih membesar. Selang beberapa waktu, Lesan tidak terlihat berada di sekitar kamp Post-Release Monitoring (PRM). Tim BOS Foundation menduga kemungkinan Lesan sudah melahirkan pada rentang waktu tersebut.

Prediksi tim BOS Foundation pun benar. Tepat pada 12 Januari, Ayu (anak Lesan) dan Lesan terpantau berada di sekitar kamp Lesik. Kali ini, mereka tidak hanya berdua, sebab Lesan terlihat menggendong anak keduanya, yakni adik Ayu.

BACA JUGA: Satu Bayi Orang Utan Terselamatkan dari Rawa Tripa Aceh

Head of Communications BOS Foundation, Paulina Laurensia Ela mengatakan, berita kelahiran bayi orang utan di Hutan Kehje Sewen merupakan kabar yang sangat bahagia dan positif. Kelahiran orang utan ini menjadi indikator keberhasilan upaya konservasi dan perlindungan satwa liar, terutama bertujuan untuk mempertahankan keberlanjutan populasi dan keberagaman hayati.

“Hal itu menandakan langkah-langkah pelestarian yang kami ambil untuk melindungi spesies tersebut berhasil. Ini  mencerminkan keberlanjutan ekosistem dan upaya positif dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Selain itu, keberhasilan reintroduksi ini dapat menjadi inspirasi bagi para konservasionis, peneliti, dan masyarakat untuk terus berkomitmen dalam usaha pelestarian lingkungan,” ujar Paulina kepada Greeners, Jumat (2/2).

Paulina menambahkan, saat ini penting untuk terus memberikan perhatian dan dukungan terhadap upaya konservasi guna memastikan bahwa satwa liar, termasuk primata, dapat terus berkembang. Sehingga, bisa berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

Sementara itu, berdasarkan data BOS Foundation, mulai dari tahun 2012 hingga sekarang terdapat 10 bayi orang utan yang lahir di Hutan Kehje Sewen. Pada periode yang sama, sebanyak 130 orang utan juga telah dilepasliarkan ke hutan tersebut.

Kelahiran bayi orang utan. Foto: BOS Foundation

Kelahiran bayi orang utan. Foto: BOS Foundation

Anak Orang Utan Harus Dirawat oleh Induknya

Paulina melanjutkan, induk orang utan harus merawat dan mengajari anaknya selama 6-8 tahun, sebelum akhirnya bisa mandiri. Induk orang utan juga harus mengajarkan anaknya untuk mencari makan, membuat sarang, dan menghindari predator.

“Untuk orang utan yang berada di pusat rehabilitasi BOS Foundation, peran induk orang utan digantikan dengan ibu asuh dan teknisi. Tujuannya untuk mengajarkan keterampilan hidup orang utan dalam sekolah hutan, sampai mereka mandiri di habitat alaminya mereka,” imbuh Paulina.

BACA JUGA: 3,12 Juta Hektare Sawit Ilegal Ancam Kepunahan Satwa Endemik

Lesan, orang utan rehabilitan yang mereka lepasliarkan kembali di tahun 2012 adalah contoh cerita sukses program rehabilitasi. Lesan mampu membesarkan anak-anaknya dan hidup mandiri dengan mencari pakan sendiri, serta membuat sarang di area pohon pakan.

Selain itu, menurut beberapa hasil observasi tim Post Release Monitoring (PRM) BOS Foundation di lapangan, Lesan dan Ayu menunjukkan sikap bersosialisasi dengan individu orang utan lain, memperluas area jelajahnya, dan berkopulasi. Selain itu, adanya komunitas orang utan baru juga menunjukkan keberhasilan program reintroduksi.

BOS Foundation akan Terus Lindungi Orang Utan

Orang utan merupakan primata endemik pulau Sumatra dan Kalimantan yang saat ini statusnya berada di ambang kepunahan. KLHK bersama BOS Foundation serta berbagai organisasi konservasi bekerja keras untuk melindungi orang utan dan habitatnya.

Beberapa langkah yang kini BOS Foundation lakukan bersama sejumlah pihak yakni melibatkan pembentukan kawasan konservasi, penegakan hukum terhadap perburuan ilegal, dan perdagangan satwa liar. Lalu, berupaya mengedukasi masyarakat tentang pentingnya perlindungan orang utan dan ekosistem hutan.

Tim BOS Foundation juga mengingatkan, melalui perayaan ini, masyarakat perlu tingkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian primata dan habitat alaminya. Sebab, primata sebagai bagian integral dari ekosistem, orang utan juga berperan dalam menjaga keseimbangan alam dan keberlanjutan ekosistem.

Seluruh pihak pun perlu mendukung upaya konservasi. Terutama, penting saling memberikan edukasi tentang pentingnya pelestarian hutan dan advokasi untuk melindungi 37 spesies primata asli Indonesia.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top