Kemarau, BMKG Imbau Masyarakat dan Perusahaan Tidak Membakar Lahan

Reading time: 2 menit
kemarau
Foto: greeners.co

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat dan perusahaan di bidang kehutanan dan perkebunan agar tidak membakar lahan terutama di wilayah gambut yang sangat mudah terbakar saat kering, karena pada pertengahan Juli 2016 sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus Subagyo saat dihubungi oleh Greeners mengatakan, ada kemungkinan satelit Terra dan Aqua tidak mampu menjangkau hotspot atau titik api karena berbagai faktor penghalang. Misalnya pada Senin, 11 Juli, ada 28 titik api di Riau dari 65 titik api di Sumatera dengan 16 titik api berada di empat kabupaten/kota. Kemudian keesokan harinya, di Riau terdapat 28 titik api dari 67 titik api di Sumatera dengan 17 titik api di empat daerah.

“Sedangkan pantauan BMKG mendeteksi 18 hotspot di empat provinsi, dengan tingkat kepercayaan 50 persen. Keempat provinsi tersebut yaitu Sumatra Selatan, Jambi, Bangka Belitung, dan Bengkulu,” jelas Yunus, Jakarta, Kamis (21/07).

BACA JUGA: Jelang Kedatangan Presiden, Provinsi Riau Atur Antisipasi Kabut Asap

Sementara itu, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan yang lebih luas, Direktur Penyidikan dan Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Raffles B Panjaitan, mengaku akan lebih memfokuskan pada strategi pemantauan dengan melakukan patroli lapangan.

“Pemantauan lapangan dan patroli terpadu ini hasilnya lebih cepat dibanding dengan hanya mengandalkan satelit,” ungkapnya.

Upaya pemadaman karhutla sendiri masih terus dilakukan oleh Satgas Terpadu Siaga Karhutla di Riau. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menempatkan 2 helikopter water bombing serta 2 pesawat Air Tractor water bombing.

BACA JUGA: Pendekatan Multidoor, Strategi Baru Penanganan Kebakaran Lahan dan Hutan

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, meskipun diprediksi tidak akan separah kebakaran yang terjadi pada 2015, tetapi kondisi kering, sulitnya air, dan lokasi yang sulit diakses menimbulkan kesulitan dalam upaya pemadaman api.

“Jadi potensi terjadinya kebakaran dan meluasnya api akan semakin meningkat,” tutupnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top