LIPI: Kebun Raya Bisa Menangkal Praktik Biopiracy

Reading time: < 1 menit
biopiracy
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Indonesia memiliki sekitar 10 persen dari total spesies tumbuhan di dunia. Kendati demikian, Indonesia masih belum bisa menikmati lantaran masih terbatasnya pengetahuan. Hal itu menyebabkan Indonesia seringkali menjadi korban biopiracy atau pembajakan aset keanekaragaman hayati.

Lemahnya perlindungan yang menaungi potensi keanakeragaman hayati Indonesia diyakini menjadi penyebab terjadinya pencurian atau pembajakan sumber daya genetik lokal untuk kepentingan asing. Sementara dengan semakin berkembangnya penelitian, tentu akan membantu berbagai sektor, seperti industri farmasi dan makanan atau minuman untuk lebih memanfaatkan sumber daya genetik, khususnya yang bersumber dari tumbuhan yang ada di Indonesia.

BACA JUGA: Kebun Raya Bukan Hanya Lahan Penelitian Semata

Untuk mengantisipasi hal ini, profesor riset bidang mikrobiologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Endang Sukara mengatakan bahwa keberadaan kebun raya di Indonesia bisa juga berlaku sebagai sumber daya pengembangan keanekaragaman hayati. Ia meyakini bahwa dengan adanya kebun raya, praktik biopiracy bisa ditangkal karena beberapa proyek kerja sama dengan peneliti asing selalu berujung pada biopiracy.

“Dengan memanfaatkan badan dan lembaga yang ada, pengelolaan keanekaragaman hayati yang memiliki potensi ekonomi ini seharusnya bisa lebih dioptimalkan. Saat ini jembatan antara ilmu pengetahuan dengan pembangunan masih belum ada kebijakannya,” kata Endang kepada Greeners, Jakarta, Rabu (15/03).

BACA JUGA: UU Paten Perkuat Perlindungan Sumber Daya Genetik

Selain itu, Endang juga menyatakan kalau Indonesia membutuhkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang khusus memproduksi hasil-hasil penelitian dan pengembangan (litbang) dari sumber daya genetik. Menurut Endang, hingga saat ini BUMN dibutuhkan karena belum ada cerita sukses dari pemanfaatan sumber daya genetik yang bisa menghasilkan miliaran dolar AS di Indonesia.

“Karena di Indonesia, bisnis yang bersumber dari genetik masih belum ada. Sekarang paling sejenis Martha Tilaar yang baru bisa memanfaatkan sumber daya genetik, itu pun masih tahap ekstraksi saja,” tutupnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top