Luncurkan Jaga Bhumi 2019, YKRI Akan Bangun Kebun Raya Tanaman Obat

Reading time: 3 menit
kebun raya tanaman obat
Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Bertepatan dengan Hari Pohon Sedunia, Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) meluncurkan gerakan Jaga Bhumi periode ke-2, tahun 2018-2019. Pada periode ini YKRI akan melakukan upaya konservasi dengan membangun Kebun Raya Tanaman Obat. Pada periode sebelumnya, gerakan Jaga Bhumi telah menghasilkan kontribusi nyata dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia dengan membuat Kebun Raya Mangrove pertama di dunia yang berlokasi di Pantai Timur Surabaya.

Sebagai negara yang memiliki sumber kekayaan keanekaragaman hayati (Kehati) ke dua paling banyak setelah negara Brazil, YKRI melihat bahwa Indonesia harus memiliki Kebun Raya Tanaman Obat sebagai upaya konservasi serta pemanfaatan tanaman obat.

“Inisiasi ini sangat penting karena salah satu kekuatan Indonesia adalah sumber Kehati yang sangat banyak dan berlimpah. Dengan demikian YKRI kembali melanjutkan gerakan Jaga Bhumi yang baru berlangsung 1 tahun ini dan bersama-sama mengajak masyarakat luas untuk terus melakukan pelestarian serta menggali potensi untuk menciptakan Kebun Raya Tanaman Obat di Indonesia,” ujar Sonny Keraf selaku Wakil Ketua II – YKRI pada acara peluncuran gerakan Jaga Bhumi di Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (21/11/2018).

BACA JUGA: MoU Pembangunan Kebun Raya Mangrove Surabaya Ditandatangani 

Menurut penelitian Riset Tumbuhan dan Jamu (Ristorja, tahun 2012-2017) oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), tercatat Indonesia memiliki 6.000 sampai 6.500 jenis tanaman obat dari total 40.000 keseluruhan jumlah jenis tumbuhan di Indonesia.

Sonny mengatakan bahwa alasan membangun Kebun Raya Tanaman Obat ini adalah terinspirasinya Megawati Soekarnoputri, selaku pendiri YKRI, terhadap kebun raya Padua Italia. Kebun raya tersebut merupakan kebun raya tanaman obat yang juga menjadi laboratorium serta penelitian obat-obatan dan menjadi tempat praktik untuk mahasiswa dan ahli di Italia.

“Melihat hal itu, Indonesia yang memiliki Kehati dan kekayaan obat seharusnya bisa seperti itu juga. Hal ini juga menandakan bahwa dunia sedang gencar untuk kembali ke alam. Tapi kita sendiri belum punya kebun raya untuk mengkoleksi semua tanaman yang saat ini sudah ada dan sekali lagi sebagian besar di antaranya dalam keadaan terancam punah,” ujar Sonny.

Sonny juga mengatakan bahwa Ibu Mega mengingatkan masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi obat tradisional dan bukan obat kimiawi, karena masyarakat terutama Jawa sangat terkenal dengan jamunya dan semua suku di Indonesia memiliki jenis jamunya masing-masing.

“Jangan sampai tanaman asli Indonesia yang memiliki khasiat (obat) tinggi dicuri atau diambil hak patennya oleh negara lain serta dikembangkan seolah-olah milik mereka dan dijual lagi ke kita, itu yang menjadi kegelisahan Ibu Mega. Ide membangun Kebun Raya Tanaman Obat ini juga menjadi solusi permasalahan tersebut dan mimpi besar kita semua, terutama mimpi Ibu Mega dan YKRI,” kata Sonny.

BACA JUGA: Peraih Kalpataru Minta Dukungan Yayasan Kebun Raya Indonesia 

Di sisi lain, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa potensi tanaman obat di Indonesia sangat besar apalagi jika dibuat menjadi kebun raya. Karena salah satu fungsi kebun raya adalah melakukan konservasi untuk menyelamatkan tumbuhan yang sudah terancam punah, termasuk di dalamnya tumbuhan obat.

“Kondisi tanaman obat kita saat ini, menurut data LIPI ada 1.300 jenis tumbuhan yang bisa dikembangkan sebagai tanaman obat tapi baru 200 jenis yang baru diketahui sehingga masih banyak dilakukan eksplorasi dan riset. Semoga lewat Kebun Raya Tanaman Obat ini nantinya potensi 900-an jenis tumbuhan obat bisa dikembangkan lagi karena saat ini belum teridentifikasi dan belum ditemukan,” ujar Handoko.

Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang turut hadir dalam acara ini menyatakan turut mendukung didirikannya Kebun Raya Tanaman Obat. Menurutnya adanya kebun raya tersebut nantinya akan sangat membantu dalam penelitian dan pengembangan obat herbal di Indonesia.

“Sebagai pengguna produk herbal, saya sangat mendukung untuk rencana pembangunan Kebun Raya Obat ini. Saya percaya bahwa banyak tanaman yang berasal dari hutan bisa dikembangkan menjadi obat yang mampu memberikan harapan kepada masyarakat yang memiliki penyakit dan dokter sudah angkat tangan. Saya sudah mengalaminya sendiri ada beberapa masyarakat yang sembuh menggunakan tanaman obat dan saya pun mengonsumsi tanaman obat untuk menghindari beberapa penyakit,” ungkap Risma.

Sebagai informasi, Gerakan Jaga Bhumi pada periode pertama (2017-2018) telah berhasil dan sukses dilaksanakan dengan beberapa program unggulannya yaitu Sarasehan Kalpataru, Jaga Wiyata yang melakukan kunjungan ke 200 sekolah di 4 provinsi (DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur), Jelajah Bhumi yang merupakan gerakan bersepeda dengan jarak 1.000 kilometer dan rute dari Jakarta ke Surabaya, serta partisipasi masyarakat lainnya seperti Car Free Day, Office Visit, Community Visit, dan mendekorasi Halte Transjakarta daerah Tosari, Jakarta.

Pada Gerakan Jaga Bhumi periode kedua ini akan menginisiasi Kebun Raya Tanaman Obat, Sarasehan Kalpataru, Botanicum, Jaga Wiyata, Jaga Ragam dan Gelaran Festival Jagabhumi (GEL FEST JABUM).

Penulis: Dewi Purningsih

Top