Optimalkan Potensi Alam, Bioekonomi Akan Terus Dikembangkan

Reading time: 2 menit
Bioekonomi dapat mengurangi eksploitasi sumber daya alam berbasis fosil dalam mengatasi krisis iklim. Foto: LTKL
Bioekonomi dapat mengurangi eksploitasi sumber daya alam berbasis fosil dalam mengatasi krisis iklim. Foto: LTKL

Jakarta (Greeners) – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah menjadikan bioekonomi sebagai salah satu topik utama di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2045. Metode ini akan terus dikembangkan di Indonesia untuk menjadi solusi pengurangan eksploitasi sumber daya alam berbasis fosil dalam mengatasi krisis iklim.

Bioekonomi adalah sebuah metode pemanfaatan sumber daya alam hayati untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi, seperti obat-obatan, pangan, pakan, material, dan energi.

Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/BKPM, Indra Darmawan mengungkapkan, BKPM berkomitmen mendukung rangkaian pengembangan portofolio investasi berkelanjutan. Khususnya, kepada daerah-daerah yang mempromosikan komoditas berbasis bioekonomi, di mana agenda investasi di sektor tersebut dapat menyerap sekitar 45,4 miliar USD.

BACA JUGA: Pulau Kecil dan Pesisir Makin Krisis, Namun Luput dalam Debat

“Saat ini, sejumlah portofolio investasi lestari prioritas sedang diakselerasi. Salah satunya adalah Proyek Prioritas Industri Hijau Pengelolaan Kelapa Terintegrasi di Kabupaten Gorontalo. Proyek itu, kini dalam status ready to offer dengan nilai investasi sebesar Rp643 miliar,” ujar Darmawan lewat keterangan tertulisnya.

Pemerintah saat ini sudah merincikan rencana pengembangan berbasis bioekonomi. Hal itu mencakup industri baru yang bersumber pada inovasi berbasis alam untuk produk-produk biosimilar dan vaksin, protein nabati, pangan biokimia, herbal, dan nutrisi.

Bioekonomi dapat mengurangi eksploitasi sumber daya alam berbasis fosil dalam mengatasi krisis iklim. Foto: LTKL

Bioekonomi dapat mengurangi eksploitasi sumber daya alam berbasis fosil dalam mengatasi krisis iklim. Foto: LTKL

Kawal Kepala Daerah untuk Dukung Ekonomi Lestari

Pemilu 2024 merupakan momentum penting untuk menegaskan pentingnya bioekonomi. Sebab, keputusan politik dapat mempengaruhi kebijakan dan memperkuat kesadaran akan pentingnya sektor tersebut.

Sementara itu, tahun ini pemilihan kepala daerah juga akan terlaksana secara serentak. Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) akan terus mengawal berbagai persiapan mendukung visi ekonomi lestari.

“Salah satu fokus utama dari tahap ini adalah membangun kapasitas setiap kabupaten. Kemudian, memastikan para inisiator terutama generasi muda, perempuan, masyarakat adat, dan komunitas lokal secara aktif berkontribusi untuk mewujudkan transformasi kabupaten lestari,” ujar Kepala Sekretariat LTKL, Ristika Putri Istanti.

BACA JUGA: Debat Cawapres Belum Sentuh Akar Masalah Krisis Iklim

Mereka akan menekankan soal hilirisasi komoditas bernilai tambah dari potensi keanekargaman hayati sebagai bentuk dari pengembangan sektor bioekonomi. Hal itu bertujuan untuk menjaga lingkungan serta memberikan kesejahteraan masyarakat.

Tak sekadar itu, pergantian kepemimpinan di tahun 2024 juga menjadi momentum untuk akselerasi ekonomi restoratif di tingkat nasional maupun daerah. Para pemimpin daerah perlu berkomitmen juga untuk mencapai terget tujuan pambangunan berkelanjutan sekaligus pengurangan emisi karbon.

“Idealnya, berbagai forum multi pihak beraksi untuk Indonesia yang subur tanahnya, jernih airnya, bersih udaranya, serta sejahtera rakyatnya,” tambah Ristika.

Inovasi Berbasis Alam Bisa Kurangi 37% Emisi

Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2019, inovasi berbasis alam berkontribusi hingga 37% pada pengurangan emisi. Apalagi, pengurangan tersebut dapat membatasi pemanasan global menjadi 1,5 derajat Celcius.

Selain itu, laporan World Resources Institute (WRI) 2019 memperkirakan bahwa penyaluran investasi inovasi berbasis alam dan bioekonomi sebesar US$ 1,8 triliun. Jumlah tersebut mulai tahun 2020 hingga 2030 yang berpotensi untuk menghasilkan manfaat bersih sebesar US$ 7,1 triliun.

Keuntungan dari pelaksanaan bioekonomi selain dapat menjaga lingkungan juga berpotensi mendapatkan keuntungan finansial. Laporan The Bioeconomy of 2030 keluaran OECD menambahkan nilai pasar bioekonomi global akan mencapai kisaran US$ 2,6–US 5,8 triliun dalam rentang tahun 2025-2030.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top