Pemerintah dan Kadin Bicarakan Insentif Bagi Industri Sawit Ramah Lingkungan

Reading time: 2 menit

Jakarta (Greeners) – Pemerintah dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) sedang dalam tahap pembicaraan membahas mengenai proposan insentif oleh komunitas pengusaha tersebut terhadap industri minyak sawit yang ramah lingkungan. Hal tersebut terungkap dalam Konferensi internasional bertema “Incentives for Sustainability in Agri-Business” yang berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta pada Rabu (29/02) kemarin.

Dalam konferensi pers acara tersebut, Wakil Ketua Umum Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Kadin Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan peta jalan (road map) industry pengembangan berkelanjutan termasuk proposal insentif bagi industri sawit ramah lingkungan.

Shinta mengatakan proposal insentif harus ada data sehingga memberikan gambaran mengenai best practice dari beberapa negara . Proposal insentif mencakup beberapa sektor seperti agribisnis, energi dan energi terbarukan, manufaktur untuk transportasi khusus seperti mobil listrik.

“Proposan insentif sedang dalam pembicaraan bersama Kementeri Keuangan,” katanya. Dia menambahkan insentif yang di inginkan oleh Kadin berupa pengurangan biaya ekspor sawit ke negara tujuan.

Dalam konferensi pers tersebut, Wakil Menteri Pertanian, Rusman Hariawan mengatakan pemerintah bakal menerapkan reward and punishment bagi pelaku industri sawit. “Ada reward dan punishment . Reward berupa insentif yang akan dibicarakan dengan Kemenkeu. Punishment dilakukan dengan menutup perusahaan yang tidak mematuhi aturan.

Rusman mengatakan merupakan kewajiban bagi perusahaan sawit untuk masuk dalam ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil). “ISPO resmi diangkat berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian 11/2011. Intinya ISPO bukan menawarkan kepada perusahaan untuk masuk ke ISPO, tetapi ini merupakan kewajiban dari setiap perusahaan untuk dievaluasi,” katanya.

Pada kesempatan yang sama Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Julian Wilson mengatakan pihaknya membantu Indonesia untuk mencapai industri sawit yang ramah lingkungan karena berkeinginan agar produk sawit Indonesia tetap diekspor ke Uni Eropa.

Pada tahun 2015, diperkirakan bahwa permintaan dunia atas minyak kelapa sawit akan meningkat dari hanya 45 juta ton pada 2010 menjadi 62 juta sampai dengan 64 juta ton pada tahun 2015. Sebagian besar kebutuhan akan terus dipasok oleh industri minyak sawit Indonesia yang sedang tumbuh.

Banyak perusahaan Indonesia yang berjuang untuk meningkatkan praktek-praktek keberlanjutan mereka. Praktek-praktek yang baik oleh berbagai perusahaan tersebut telah membantu mempromosikan perubahan di seluruh sektor industri ini. Namun pada saat yang sama, semakin banyak kritik terhadap minyak sawit Indonesia dalam kaitan dengan kerusakan lingkungan yang disebabkannya.

Praktek baik yang diadopsi oleh beberapa perusahaan terkemuka terbukti baik untuk bisnis. Baik dalam hal pencitraan dan kepercayaan konsumen, dan tentunya, akses ke pasar, seperti komitmen terhadap penanaman dengan emisi karbon rendah atau dalam penghematan biaya operasional. (G02)

Top