Pengobatan Kanker, LIPI Manfaatkan Potensi Biodiversitas Laut Indonesia

Reading time: 2 menit
pengobatan kanker
Ratih Pangestuti, Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (paling kanan), memaparkan potensi keanekaragaman hayati laut Indonesia untuk pengobatan kanker di Media Center LIPI, Jakarta, Senin (04/02/2019). Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Kanker Sedunia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tengah mengembangkan produk pengobatan kanker. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya hayati laut Indonesia, LIPI mengembangkan spons, teripang, rumput laut dan mikroorganisme laut sebagai solusi pengobatan kanker.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi kanker meningkat dari 1,4% pada tahun 2013 menjadi 1,8% di tahun 2018. Beragam obat antikanker telah tersedia, namun sejak tahun 1980an, sekitar 80% dari obat antikanker yang tersedia di pasar adalah produk alami atau sintesis dari produk alami.

Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Ratih Pangestuti mengatakan sebagai negara kepulauan, perairan Indonesia memilki kekayaan biota laut yang sangat besar. Melalui Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI berkomitmen untuk meneliti dan mengembangkan bahan aktif dari organisme laut sebagai agen antikanker serta sumber pangan untuk mencegah penyakit kanker.

”Sejak tahun 2004 kami sudah mengembangkan beberapa biota laut seperti spons, rumput laut, dan teripang untuk pengobatan kanker. Organisme laut tersebut mengandung sumber senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai kandidat agen antikanker yang bersifat kuratif menyembuhkan kanker dan untuk pencegahan kanker,” jelas Ratih pada media briefing “Pemanfaatan Teknologi dan Potensi Sumber Daya Hayati untuk Pencegahan Kanker” di Media Center LIPI, Jakarta, Senin (04/02/2019).

BACA JUGA: BPPT Luncurkan Lab Uji Polutan Organik Penyebab Kanker 

Ratih menjelaskan untuk penyembuhan kanker biota laut yang digunakan adalah spons dan teripang, sedangkan pencegahan kanker ialah rumput laut yang bisa digunakan sebagai pangan yang berfungsi untuk meningkatkan kondisi ketahanan tubuh dan mengurangi risiko terjangkitnya berbagai macam penyakit antara lain kanker.

”Jadi dari biota laut yang kita teliti itu ada kandungan senyawa bioaktif Lissoclinum patella, Oxycoryna fascicularis, Didemnum molle, Botryllus schlosseri, Spheciospongia inconstan, Melophlus sarasironum, Oceanapia amboinensis, Biemna sp, Axinella sp, Haliclona (Gellius) sp, dan Lamellodysidea herbaceae yang berfungsi sebagai anti kanker,” kata Ratih.

BACA JUGA: Kanker pada Anak, Orangtua Diimbau Rutin Periksa Kesehatan Anak 

Saat ini pengembangan pengobatan kanker menggunakan biota laut berada dalam tahap pra uji klinis. Untuk mendukung pengembangan ini LIPI bekerjasama dengan perusahaan farmasi asal Spanyol, Pharma Mar, untuk pengembangan bahan baku obat dari organisme laut.

”Pengobatan kanker biota laut ini belum dipasarkan karena baru tahap pra uji klinis, dan sebenarnya dalam penelitian ini masih membutuhkan waktu 5-10 tahun ke depan. Maka itu, untuk mempercepat penelitian ini kami membutuhkan dukungan dari perusahaan farmasi lokal, BUMN atau pemerintah. Dari kasus-kasus sebelumnya, sudah ada kesepakatan kerjasama tapi selalu gagal karena ada pasal yang tidak sesuai dan tidak bertemu jalan tengah,” ujar Ratih.

Ratih mengatakan penelitian ini membutuhkan waktu lama karena harus mengikuti alur layanan penelitian pengembangan produk obat alami, mulai dari penyediaan bahan, esktraksi & identifikasi senyawa aktif. Selain itu harus melewati uji aktifitas invitro menggunakan kultur sel kanker, DNA, sampai dengan uji aktivitas invivo (pra-klinik dan kilnik).

”Penelitian tersebut juga memerlukan dana yang banyak, maka itu kami berharap ada perusahaan farmasi atau BUMN yang tertarik untuk bekerjasama mengembangkan produk pengobatan kanker biota laut ini,” kata Ratih.

Penulis: Dewi Purningsih

Top