Risma: Rawat Permukiman Kumuh, Tangguhkan Kota

Reading time: 2 menit
Risma: Rawat Kawasan Kumuh untuk Perkembangan Kota
Dalam diskusi World Habitat Day, Selasa (06/10/2020), Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan pentingnya meningkatkan kualitas hidup masyarakat terpinggirkan guna membantu meningkatkan ketangguhan kota dan ekonomi di dalamnya. Foto: Shutterstock.

Jakarta (Greeners) – Dalam diskusi World Habitat Day, Selasa (06/10/2020), Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan pentingnya meningkatkan kualitas hidup masyarakat permukiman kumuh. Dia menjelaskan, peningkatan kualitas hidup masyarakat terpinggirkan mengangkat ketangguhan kota dan ekonomi di dalamnya.

“Yang kami lakukan di Surabaya adalah melihat kawasan kumuh atau permukiman informal sebagai sektor yang tidak boleh dihancurkan. Sebaliknya, jika kita bisa merawat sektor informal dengan baik, mereka bisa berkontribusi pada perkembangan kota dan membuat kota lebih tangguh,” ujar Risma.

Baca juga: Hari Habitat Dunia: Pandemi dan Urgensi Pemukiman Urban Berkelanjutan

Kiat Risma Tingkatkan Kualitas Masyarakat Permukiman Kumuh

Dalam merawat permukiman kumuh, Risma menekankan Surabaya tidak memiliki konsep penggusuran untuk masyarakat terpinggirkan. Sebaliknya, masyarakat terpinggirkan dipandang sebagai salah satu elemen yang mampu memperkuat ketangguhan kota. Kesejahteraan masyarakt terpinggirkan, lanjut Risma, harus ditingkatkan lewat berbagai elemen, seperti edukasi dan pembangunan infrastruktur.

“Ketika kami melihat mereka siap untuk berkembang, pemerintah kota mengundang mereka ke program pengembangan ekonomi lokal dengan memberikan pelatihan gratis dalam membuat produk lokal, seperti kerajinan tangan, makanan, fesyen, dan sebagainya,” lanjut Risma.

Risma: Rawat Kawasan Kumuh untuk Perkembangan Kota

Risma juga mengatakan bahwa Surabaya tidak memiliki konsep penggusuran untuk masyarakat terpinggirkan. Sebaliknya, masyarakat terpinggirkan dipandang sebagai salah satu elemen yang mampu memperkuat ketangguhan kota. Foto: Shutterstock.

Risma menuturkan, pelatihan ini juga merupakan salah satu bentuk peningkatan peran wanita dalam rumah tangga. Dia melanjutkan, masyarakat Indonesia masih memiliki ekspektasi di mana wanita diharapkan berada di rumah, sementara pria bekerja.

“Dengan memegang nilai ini, kami mengajak ibu menjadi penggerak kedua perekonomian keluarga dengan menjadi pengusaha dan bekerja dari rumah,” kata Risma.

Selain itu, masyarakat juga dapat diajak untuk membantu pemerintah menekan penyebaran angka Covid-19. Ketahanan masyarakat dan perkotaan menjadi elemen pokok dalam memastikan kelanjutan pembangunan kampung.

“Kami bekerja sama dengan warga di kampung untuk merawat pasien yang melakukan isolasi diri di rumah, dengan melakukan pemantauan oleh lingkungan sekitar. Orang-orang di sekitar mereka juga membantu memastikan ketersediaan makanan dan pengobatan pasien dengan dipandu secara ketat oleh praktisi medis dari puskesmas. Kami menyebut inisiatif ini sebagai reassurance kampung, resilient city,” cerita Risma.

Baca juga: Berpotensi Rusak Hutan, Investor Global Kritik Omnibus Law

Ketahanan Kota di Mata Internasional

Walikota Freetown, salah satu kota di Republik Sierra Leone Yvonne Aki-Sawyerr mengatakan sepertiga dari penduduk dunia tinggal di daerah informal.

“Bagi saya, ketahanan daerah dimulai dengan mengungguli aspirasi sepertiga penduduk yang hidup dalam situasi ini, di mana mereka hidup di perumahan yang tidak layak, air yang tidak memadai, drainase, dan sebagainya,” ujar Yvonne dalam acara yang sama.

Yvonne juga mengangkat beberapa cluster penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang terpinggirkan, yakni pengembangan sumber daya manusia dan kota yang sehat.

“Covid telah membuat kami melihat betapa pentingnya pekerjaan yang kami lakukan, dan berapa banyak hal yang perlu dipercepat,” kata Yvonne.

Menggema Risma dan Yvone, Kepala Seksi Perumahan dan Tempat Tinggal, UN-Habitat Robert Lewis-Lettington menekankan hal yang sama. Dia pun menerangkan pentingnya merangkul warga dengan pendapatan rendah dalam pembangunan kota.

“Mereka selalu mengatakan bahwa kita harus menilai perkembangan diri kita dan kita harus menilai standar kita dengan bagaimana kita merawat mereka yang paling rentan, apakah kita datang untuk memenuhi kepentingan mereka yang paling terpinggirkan,” ujar Lewis-Lettington.

Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari

Top