Sadari Ancaman Sampah Popok Sekali Pakai bagi Lingkungan

Reading time: 3 menit
Ilustrasi popok sekali pakai. Foto: Freepik
Ilustrasi popok sekali pakai. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Masyarakat perlu menyadari bahwa penggunaan popok sekali pakai berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan yang serius. Mereka perlu mengelola sampah popok sekali pakai dengan benar.

Menurut riset Bank Dunia tahun 2017, popok sekali pakai menjadi penyumbang sampah terbanyak kedua di laut sebesar 21%. Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2023, angka kelahiran bayi di Indonesia mencapai 4,6 juta. Setidaknya, ada potensi penggunaan popok hingga 17,44 juta per hari dengan potensi limbah popok sebanyak 3.488 ton per hari.

“Risiko pencemaran lingkungan muncul dari bahan-bahan baku penyusunnya, jumlah atau volume produk yang digunakan, perilaku pengguna, dan pengelola,” ungkap Periset Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB), Lies Indriati lewat keterangan tertulisnya, Jumat (24/5).

BACA JUGA: Pemerintah Diminta Tegas Tangani Sampah Popok Sekali Pakai

Lies menambahkan, fungsi utama popok bayi adalah menyerap cairan yang keluar dari tubuh manusia. Produk ini terbagi menjadi dua kelompok besar, produk yang dapat digunakan kembali dan produk sekali pakai.

Selain itu, limbah popok yang mengandung kotoran cair atau padat juga dapat memicu gangguan kesehatan pada makhluk hidup. Contohnya, iritasi paru-paru, penyakit kulit, bahkan sesak nafas. Tak hanya pada manusia, tumbuhan air dan ikan juga bisa mengalami gangguan akibat limbah pospak tersebut.

Ilustrasi alur pengolahan popok sekali pakai di Bank Sampah Bersinar. Foto: BRIN

Ilustrasi alur pengolahan popok sekali pakai di Bank Sampah Bersinar. Foto: BRIN

Material Popok Punya Banyak Lapisan

Lies menjabarkan, sampah dari popok dan pembalut sekali pakai ini menimbulkan beban lingkungan. Sebab, komponen material popok terdiri dari berbagai lapisan. Secara umum, limbah popok dan pembalut memiliki lima komponen penyusun yang sama.

Lapisan atas terdiri terdiri dari poliester, polietilen (PE), polipropilen (PP), campuran PE/PP, viskosa atau rayon, dan kapas. Lapisan aquisition distribution layer (ADL) terdiri dari poliester, PE, PP, viskosa atau rayon, kapas, serat selulosa atau pulp.

Selanjutnya, bagian inti penyerap (core) terdiri dari serat selulosa atau pulp, kapas, polimer penyerap super (SAP), poliester. Lapisan bawah (bottom) terdiri dari PE, PP, dan asam polilaktik. Kemudian, perekat dari resin sintetis dan polimer termoplastis serta pelepas yang terdiri dari kertas dan berlapis silikon.

Menurutnya, saat ini belum ada kebijakan pengelolaan sampah dan klasifikasi sampah produk penyerap higienis ini. Sistem pengelolaan popok juga belum mendapatkan perhatian secara serius di Indonesia.

Popok Belum Terkelola dengan Baik

Sementara itu, Chief Executive Officer Bank Sampah Bersinar, Febrianti SR mengatakan bahwa masih banyak sampah residu seperti popok bayi yang belum terkelola dengan baik. Meskipun penggunaan popok sekali pakai lebih praktis, ia mendorong penggunaan produk popok guna ulang, seperti cloth diaper (Clodi).

Febrianti bersama timnya terus mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah organik dan non-organik. Sampah organik bisa masyarakat olah menjadi kompos, sementara sampah anorganik bisa masuk ke bank sampah.

“Namun, kami juga memahami bahwa tidak semua ibu memiliki waktu dan tenaga untuk menggunakan popok kain, sehingga kami menyediakan solusi pengolahan sampah popok sekali pakai,” ujarnya.

BACA JUGA: Sumo, Popok Ramah Lingkungan dari Bahan Alami

Bank Sampah Bersinar pun melakukan edukasi kepada masyarakat untuk membersihkan pospak bekas sebelum masyarakat setorkan ke bank sampah.

“Sampah popok yang masyarakat setorkan harus bersih dari kotoran padat. Namun, urine tidak menjadi masalah, karena mengandung urea yang dapat kami gunakan untuk pupuk cair organik,” tambah Febri.

Popok yang sudah tim bersihkan kemudian memasuki proses memisahkan fiber, plastik, dan cairan organiknya. Fiber hasil pengolahan sampah popok akan tim suplai ke PT Konut Indonesia sebagai material alternatif. Plastik yang tim hasilkan akan menjadi material berguna untuk membuat produk daur ulang, sementara cairan organik memiliki kegunaan sebagai pupuk cair.

“Proses pengolahan ini menggunakan mesin yang dirancang untuk memisahkan komponen-komponen tersebut. Lalu, mengeringkannya dengan sinar matahari untuk menghemat energi,” urainya.

Temuan Sampah Popok Sekali Pakai

Berdasarkan laporan dari Komunitas Kawan Sungai Sidoarjo (KANSAS) pada 6 September 2023 lalu, sampah plastik dan popok sekali pakai di aliran Sungai Pelayaran, Kabupaten Sidoarjo masih banyak ditemukan.

Fakta lapangan membuktikan kondisi sampah yang menumpuk telah menyumbat seluruh aliran Sungai Pelayaran di wilayah Desa Tawangsari, Kabupaten Sidoarjo.

Hasil temuan dari brand audit dengan melakukan audit karakteristik, jenis plastik, dan merek brand menunjukkan ada sekitar 278 bagian sampah plastik. Plastik tersebut paling banyak kemasan plastik (single layer dan multilayer “sachet”) yang berasal dari perusahaan makanan dan minuman, plastik tanpa brand (unbrand), serta popok sekali pakai.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top