Sungai Winongo di Bantul Mengandung E.Coli Tinggi

Reading time: 2 menit

Yogya (Greenersmagz) – Sungai Winongo yang mengalir di wilayah Kabupaten Bantul provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami pencemaran bakteri E.Coli. Pencemaran terlihat cukup tinggi dengan kadar E.Coli 4,6 x 105 atau melebihi baku mutu lingkungan.

Kepala Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bantul, Prilestari Handayani mengatakan, pengujian kesehatan air sungai dilakukan setiap tahun. Dari hasil pengecekan tahun ini, Sungai Winongo memiliki kadar E.Coli tinggi. “Sungai berbatasan langsung dengan wilayah Kota Jogja, kontaminasi pencemaran lebih banyak sebelum sampai di hilir,” terang dia, Kamis (26/7).

Selain Winongo, lima sungai lain yang mengalir di Kabupaten Bantul yakni Sungai Winongo Kecil, Sungai Bedog, Sungai Code dan Sungai Gajah Wong. Kelima sungai itu memiliki kadar E.Coli di kisaran 103 hingga 104. Berdasarkan Peraturan Gubernur 22 tahun 2007 mengenai penetapan kelas air sungai, sungai-sungai yang mengalir di wilayah Bantul merupakan sungai kelas II.

Sungai kelas II, ujarnya, sesuai ketetapan hanya bisa dipakai untuk olahraga air dan perikanan air tawar. Hanya, beberapa warga bantaran menggunakan air sungai untuk konsumsi sehari-hari. “Sebenarnya bakteri E.Coli bisa mati setelah direbus pada suhu 100 derajat Celcius ditambah lima menit, tetapi tetap saja air yang berasal dari keenam sungai yang ada tidak diperkenankan untuk mandi maupun konsumsi,” urai Prilestari.

Lebih lanjut dikatakan, pencemaran E.Coli yang cukup besar ini disebabkan limbah kotoran ternak yang tidak diolah. Hasil pantauan BLH mendapati di beberapa sungai bahkan digunakan untuk memandikan ternak, membuang kotoran ternak dan kemudian digunakan untuk mandi oleh warga sekitar.

Selanjutnya, BLH telah meminta warga setempat terutama peternak untuk membuat IPAL Biogas untuk bisa mengolah limbah kotoran ternak agar tidak dibuang ke sungai. Hingga tahun ini, sudah ada 37 lokasi percontohan IPAL Biogas di Bantul untuk meminimalkan pencemaran E.Coli di sungai.
Sasaran IPAL Biogas adalah kelompok ternak dengan anggaran Rp20 juta per IPAL. Masih ada bantuan dari LSM untuk IPAL Biogas personal.

Warga setempat, Kuncahyono mengaku, penggunaan air sungai sudah dilakukan secara turun-temurun. Konsumsi air untuk memandikan ternak sekaligus mandi dilakukan karena kebiasaan. “Ada tempat khusus untuk memandikan kerbau, biasanya yang aliran agak jauh dan bersih yang untuk mandi sehabis dari sawah,” ujar dia, kemarin.

Selain kandungan bakteri E.Coli, sungai-sungai di Bantul juga terkontaminasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang bersumber dari peternakan atau pertanian yang masih menggunakan bahan kimia, industri laundry, bengkel dan pencucian kendaraan. Limbah juga didapatkan dari perusahaan atau UMKM tekstil dan batik. “Kami sudah upayakan membuat saluran lain, masih dalam bimbingan dan arahan pemerintah juga,” kata pembatik rumahan, Nur Aini.

Mengenai ancaman limbah B3, Kepala BLH Bantul Suwito mengaku telah mengupayakan adanya bimbingan teknik dan penyuluhan kepada pemilik usaha laundry ataupun bengkel agar bisa mengolah limbah dan tidak membuang ke sungai. “Limbah B3 ini tidak bisa diurai. Bahaya jika terkonsumsi manusia,” ujarnya.

Pihaknya sedang melakukan peninjauan di kecamatan Banguntapan, Kasihan, Sewon dan Kota Bantul karena kemungkinan pencemaran terbesar berasal dari kawasan padat penduduk dan perkotaan. Diakuinya untuk mengendalikan limbah terutama di sungai, anggaran yang ada masih terbatas. Hanya ada sekitar Rp15 juta per tahun yang digunakan untuk pengecekan di enam sungai di 15 titik mulai dari hulu, tengah hingga hilir. (G18)

Top