Tanaman Sorgum Berpeluang Dijadikan Energi Alternatif Biomassa

Reading time: 2 menit
tanaman sorgum
Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Jepang membentuk SATREPS (Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development). Program penelitian ini untuk mengembangkan tanaman sorgum menjadi energi alternatif biomassa dan digadang-gadang bisa menggantikan minyak bumi yang semakin berkurang jumlahnya.

I Made Sudiana, Peneliti Utama Pusat Biologi LIPI, mengatakan, saat ini ada 20 juta hektar lahan marjinal dimana sebagian besar adalah padang alang-alang yang belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Maka dari itu, LIPI bekerjasama dengan Kyoto University memilih sorgum untuk dikembangkan menjadi energi biomassa karena tanaman ini mampu tumbuh pada lahan kering marjinal.

“Salah satunya dan yang paling mungkin adalah menggunakan atau menanam tanaman sorgum karena sorgum dapat tumbuh cepat, tahan terhadap kekeringan, dan dapat tumbuh di lahan kritis. Sorgum juga dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti pangan, kesehatan, partikel bahan bangunan, dan menjadi biopelet energi biomasa yang energinya sangat tinggi karena memiliki linen 20 persen hingga 30 persen,” ujar Made pada konferensi pers Equipment Handover Ceremony di Laboratorium Treub, Kebun Raya LIPI, Bogor, Rabu (21/03/2018).

BACA JUGA: Alih Fungsi Lahan Ancam Ketahanan Pangan Sektor Perikanan dan Pertanian

Selain itu, pengembangan tanaman sorgum ini bisa mengembalikan keragaman pangan masyarakat tempo dulu yang sering mengkonsumsi sorgum sebagai makanan pokok terutama di daerah Nusa Tenggara Timur. Saat ini sorgum sudah sedikit ditanam masyarakat dan sulit ditemukan.

tanaman sorgum

Sorgum (Sorghum spp.). Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

“Pemanfaatan sorgum untuk biomassa hanya diambil pada batang sorgum yang diperas mirip seperti tebu, lalu niranya diambil. Di NTT saya sudah menemukan satu koperasi yang bisa membuat bioetanol menggunakan sorgum yang dijadikan alkohol dan distribusikan ke apotek-apotek. Setelah itu ampas dari perasan itu bisa dijadikan biomaterial,” kata Arief Noor, Peneliti Nutrisi Tanaman LIPI.

Made menambahkan, proses tanaman sorgum untuk dijadikan biomasa ini masih panjang karena fase pertama baru akan selesai pada tahun 2021. LIPI sendiri sudah mengerjakan proses penelitian sejak tahun 2010 dan baru tahun 2018 ini dikembangkan kedalam teknologi. Proyek ini diharapkan menghasilkan model rektifikasi yang berkelanjutan.

BACA JUGA: Mengubah Pangan dapat Mengantisipasi Perubahan Iklim

Kepala PKT Kebun Raya LIPI, Dr. Didik Widyatmoko menambahkan bahwa selain penelitian, pada proyek SATREPS ini juga dilakukan kegiatan peningkatan kapasitas peneliti melalui studi lanjut, pelatihan, penyelenggaraan konferensi baik di Indonesia maupun di Jepang, penyediaan bahan-bahan penelitian, serta sumbangan alat laboratorium dari Pemerintah Jepang kepada Institusi di Indonesia melalui skema pendanaan JICA.

“Tujuan lain kegiatan SATREPS ini adalah melakukan revitalisasi laboratorium Treub, dimana dalam sejarah panjangnya sejak didirikan pada 30 Mei 1868 telah menghasilkan berbagai penemuan-penemuan yang signifikan bagi ilmu pengetahuan botani,” tutur Didik.

Didik melanjutkan, hingga tahun 2018 telah disumbangkan 53 alat-alat laboratorium untuk kegiatan SATREPS yang secara resmi akan diserahterimakan kepada LIPI. Alat-alat tersebut diantaranya adalah PCR machine, Photosynthetic Ratemeter, Atomic Absorption Spectrometer, Microplate Reader, serta Hydraulic Compression Molding Machine. Alat-alat tersebut telah diinstal di beberapa laboratorium di LIPI khususnya di Kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati.

Penulis: Dewi Purningsih

Top