Mahasiswa FTUI Manfaatkan Limbah Plastik Jadi Panel Surya Roll

Reading time: 2 menit
Surya panel roll karya mahasiswa FTUI berasal dari limbah plastik. Foto: UI

Jakarta (Greeners) – Tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) menggagas panel surya roll dengan memanfaatkan limbah plastik sebagai salah satu komponennya.

Mereka adalah Afra Moedya Abadi, Tiffany Liuvinia dan Yosep Dhimas Sinaga dari Departemen Teknik Kimia FTUI angkatan 2020. Panel surya roll itu mereka beri nama Printable Alternative Solar Roll (PARASOL).

Yosep Dhimas menyatakan, ada beberapa hal yang menjadi latar belakang di balik hadirnya PARASOL.

“Pertama, Indonesia menjadi penyumbang limbah plastik terbesar di dunia. Kedua, berkaitan dengan krisis energi terutama dengan panel surya silikon yang beredar di Indonesia masih ada kekurangan,” katanya dalam keterangannya.

Dari kedua latar belakang tersebut, akhirnya mereka tergerak untuk membuat PARASOL. Inovasi panel surya alternatif ini mereka rancang dalam bentuk plastik rol yang praktis, fleksibel, dan semi transparan.

“PARASOL memanfaatkan prinsip perovskite solar cell dengan nilai efisiensi yang mampu bersaing dengan panel surya konvensional,” imbuhnya.

Pemilihan sampah plastik PET (polyethylene terephthalate) mereka lakukan sebab plastik jenis ini paling mudah ditemukan serta didaur ulang dengan biaya yang tidak terlalu tinggi. Hal ini juga selaras dengan prinsip PARASOL yang fleksibel.

“Selain itu, sampah PET pun merupakan sumber pencemaran tertinggi dari semua jenis sampah plastik. Maka, potensi untuk dimanfaatkan kembali menjadi lebih besar,” ucapnya.

Tim mahasiswa FTUI pencipta PARASOL. Foto: UI

Panel Surya Ramah Lingkungan 

PARASOL memiliki cara kerja yang mirip seperti panel surya silikon pada umumnya. Perangkat ini bekerja dengan memanfaatkan sinar matahari. PARASOL memiliki bentuk yang praktis dan dapat bekerja pada kondisi minim cahaya matahari.

Manufakturnya yang lebih sederhana membuat PARASOL memiliki harga jauh lebih terjangkau dibandingkan panel surya konvensional. Selain itu, PARASOL ini lebih ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah plastik PET sebagai salah satu komponennya.

Dekan FT UI Heri Hermansyah menilai, PARASOL mampu menghasilkan efisiensi konversi listrik 15-20 %, masa pakai sekitar 20 tahun, dan temperatur kerja maksimum lebih dari 100℃. Hal ini membuktikan PARASOL memiliki performa yang mampu bersaing dengan panel surya silikon.

“Saat ini tim tengah mengembangkan prototipe PARASOL dengan tujuan komersialisasi. Semoga ke depannya, PARASOL dapat menjadi salah satu inovasi yang tepat untuk memberikan kesetaraan bagi seluruh warga negara di Indonesia dalam menyediakan akses energi bersih dan terjangkau,” ungkapnya.

Berkat desain PARASOL, tim UI berhasil menjuarai kompetisi ESG Symposium 2022 “Hacks to Heal Our Planet: ESG Idea Pitching” Regional Competition yang PT Siam Cement Group (SCG) selenggarakan.

Di tingkat nasional, tim UI terlebih dahulu mengalahkan 230 tim dari Indonesia sebelum melaju ke tingkat regional. Pada kompetisi ESG 2022 di tingkat regional, Tim UI kembali berjaya setelah mengalahkan lima tim lain dari beberapa negara Asia Tenggara yang mewakili negaranya masing-masing.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top