Teluk Benoa Sumber Pangan Bagi Warga

Reading time: 2 menit
Teluk Benoa
Ilustrasi teluk. Sumber: shutterstock.com

Jakarta (Greeners) – Ketika pondasi ekonomi dari sektor pariwisata runtuh akibat pandemi, banyak masyarakat Bali yang tidak memiliki penghasilan dan mengalami krisis pangan. Teluk Benoa menjadi penyelamat karena menyediakan sumber pangan laut yang berlimpah.

Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) Wayan Gendo Suardana mengatakan ketika industri pariwisata berjaya, Teluk Benoa terabaikan dan hanya menyisakan sekitar 500 nelayan. Teluk yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi maritim tersebut hanya dianggap penting dan memiliki nilai ekonomi dalam sektor pariwisata bahari. Rencana revitalisasi untuk menjadi one stop shopping tourism pun digaungkan karena dapat menjadi sumber pemasukan dan pemelihaaraan Teluk Benoa.

Baca juga: UU Minerba Buka Peluang Korupsi Sumber Daya Alam

Saat ini, 99 persen sektor pariwisata di Bali ditutup karena pandemi Covid-19. Menurut Gendo, momen tersebut semestinya menjadi refleksi bagi perusahaan, investor, pemerintah, dan masyarakat Bali. Ketika ekonomi pariwisata runtuh, semua orang menjadi rawan miskin karena tidak berpenghasilan. Ia menuturkan sekarang masyarakat berlomba-lomba melirik Teluk Benoa untuk mencari sumber pangan.

“Saat inilah Teluk Benoa dilirik karena keistimewaannya yang menyuguhkan kepiting, udang, ikan, dan rajungan ketika air pasang. Sehingga masyarakat tinggal pungut saja di daratan. Mereka baru mensyukuri bahwa alam menyediakan banyak hal. Bayangkan kalau Teluk Benoa sudah direklamasi, pasir, batu, dan beton tidak bisa dimakan,” ujar Gendo saat dihubungi Greeners melalui telepon, Selasa, (02/06/2020).

Reklamasi

Ilustrasi reklamasi pantai. Sumber: shutterstock.com

Refleksi ini, kata dia, juga berlaku kepada penguasa dan pemiliki modal investasi agar tidak hanya menghitung pertumbuhan ekonomi, tetapi menjadikan teluk sebagai harapan hidup masyarakat. “Bencana non alam atau pun bencana alam bisa terjadi kapanpun sehingga diharapkan investor dan pengusaha tidak memaksakan diri pada hal-hal yang bersifat instan,” ujarnya.

Gerakan menolak reklamasi Teluk Benoa yang telah berjalan selama tujuh tahun, kata Gendo, merupakan pembuktian dan perjuangan panjang untuk menjamin sumber daya alam Bali secara berkelanjutan. “Teluk Benoa menjadi sumber kehidupan bukan saja untuk hari ini, tapi generasi ke depan,” ucapnya.

Sumber Pangan dan Ekonomi

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Susan Herawati, menyampaikan teluk memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat terutama di daerah pesisir karena menjadi sumber pangan dan ekonomi. “Teluk ini seperti kebun artinya tinggal keluar ke kebun dan menjemput rezeki dari Tuhan,” ujar Susan.

Baca juga: Masyarakat Sipil Gelar Sidang Rakyat Menggugat UU Minerba

Menurut Susan, wilayah Bali termasuk pesisir perkotaan yang masyarakatnya memiliki ketergantungan tinggi terhadap beras. Padahal Teluk Benoa merupakan sumber pangan masyarakat pesisir. Ketika sektor pariwisata tutup, kata dia, akan sulit bagi masyarakat untuk bertahan. Ia mengatakan pandemi ini juga mengonfirmasi bahwa masyarakat tidak membutuhkan reklamasi karena hanya mengakomodir kepentingan tertentu saja.

“Covid-19 mengajarkan bahwa sawit, batu bara, dan bangunan tidak bisa dimakan. Selain itu, Teluk Benoa juga menghubungkan relasi erat antara manusia dan alam, alam dan Tuhan, serta manusia dan Tuhan. Hal itu dalam pola pikir bisnis tidak akan pernah sampai,” ujar Susan.

Penulis: Dewi Purningsih

Editor: Devi Anggar Oktaviani

Top