Pendakian Gunung Bisa Perempuan Taklukkan Dengan Cara Ini!

Reading time: 2 menit
Perempuan mampu menaklukkan gunung dengan melatih ketahanan fisik. Foto: APGI

Jakarta (Greeners) – Mendaki gunung identik dengan zona kaum pria. Namun kaum perempuan pun punya kekuatan yang sama untuk bisa menaklukkan sebuah gunung lewat pendakian. Ketekunan berlatih fisik jadi kunci.

Aktivitas mendaki gunung merupakan salah satu hal menyenangkan untuk mendekatkan seseorang pada alam. Tantangan medan yang berat membutuhkan ketahanan fisik dan mental yang kuat pula. Itulah mengapa masyarakat kerap memiliki persepsi mendaki adalah kegiatan kaum pria.

Co Founder Komunitas Wanita dan Gunung (WG) Rika Masda mengatakan, karakteristik tubuh fisik perempuan seperti menstruasi, hamil dan melahirkan memang berimbas signifikan saat mendaki gunung. Akan tetapi, bila diimbangi dengan latihan fisik, mental dan edukasi maka hal itu tak menjadi penghalang.

“Kerap kali kita perempuan dianggap lemah. Padahal kalau kita menyiapkan latihan fisik sebelumnya maka kita juga sama kuatnya,” katanya dalam diskusi Outfest, baru-baru ini.

Selain itu, Rika juga menekankan pentingnya faktor keamanan agar tak mengalami hal-hal yang membahayakan di gunung. Itulah mengapa, para pendaki perempuan hendaknya mempelajari terlebih dahulu secara detail terkait medan gunung yang akan mereka daki.

“Kesalahan yang kerap pendaki perempuan lakukan yaitu menyepelekan alam. Kita harus belajar dan memastikan dengan mencegah sesuatu yang tak kita inginkan seminimal mungkin,” paparnya.

Latihan Fisik Jadi Kunci Pendakian

Dari kondisi fisik perempuan, kerap kali terkesan rumit saat mendaki gunung, terutama bila mengalami menstruasi. Hal ini akan berimbas pada perubahan fisik dan emosi perempuan. Rika membenarkan hal ini, tapi ia menyatakan pentingnya latihan fisik agar tubuh tetap bugar dan sehat.

“Latihan fisik yang baik dan benar, paling tidak sebulan sebelumnya. Itu tak boleh kita sepelekan agar tetap sehat,” imbuhnya.

Ia juga menyarankan, agar para pendaki perempuan mencermati gunung-gunung yang tak boleh mereka daki saat menstruasi. Misalnya, sesuai kepercayaan masyarakat Bali semua gunung di Bali tak boleh perempuan menstruasi daki. “Ini penting sebagai bentuk penghormatan kita terhadap adat istiadat setempat,” ucapnya.

Sementara Ketua Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Vita Cecilia mengungkapkan, pendaki perempuan justru memiliki kontrol diri yang lebih tinggi. Termasuk kerap kali memperhatikan detail persiapan saat akan melakukan pendakian.

“Itulah kenapa sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan pada pendaki perempuan,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menyarankan bagi pendaki pemula perempuan untuk berolahraga kardio yang menguatkan otot kaki. Khusus bagi pendaki perempuan pertama yang tak terbiasa olahraga, sambung dia sebulan sebelumnya bisa melakukan jalan cepat minimal satu jam sehari di area terbuka.

Sedangkan kalau olahraga di gym itu 1,5 hingga dua jam sehari. “Karena saat kita latihan maka otot kita dilatih untuk bertahan. Latihan ini harus konsisten,” ucapnya.

Selain itu, dalam pendakian, ada baiknya pendaki perempuan untuk memanfaatkan jasa pemandu wisata. Selain berguna untuk memastikan keamanan pendakian, juga turut berkontribusi memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top