Ubah Limbah Kayu Jadi Produk Komposit Ramah Lingkungan

Reading time: 2 menit
BRIN ubah limbah kayu menjadi bahan komposit bernilai jual dan ramah lingkungan. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Pengelolaan dan pemanfaatan limbah kayu untuk produk komposit ramah lingkungan selama ini masih belum optimal, khususnya dalam bentuk chip block pallet (CBP). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menangkap peluang ini dengan mengolah limbah kayu menjadi produk yang bernilai jual tinggi.

Saat ini harga jual dari limbah industri kayu di pasaran hanya sekitar Rp 200 per karung. Limbah kayu ini pun biasanya hanya masyarakat jadikan bahan bakar pabrik tahu. Fenomena tersebut terlihat dari limbah biomassa lignoselulosa dari industri furniture kayu yang tinggi. Salah satunya di Kabupaten Jepara sebagai sentra produksi furniture kayu nasional. Itulah yang melatarbelakangi BRIN melahirkan teknologi CBP.

Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN Mego Pinandito mengatakan, teknologi pemanfaatan limbah kayu untuk produk komposit ramah lingkungan berupa CBP dapat menjadi model solusi secara nasional. Tepatnya solusi atas permasalahan limbah biomassa lignoselulosa nasional yang sangat melimpah di Indonesia.

“Peningkatan nilai jual dari produk CBP diperkirakan sekitar US$ 150-250 per meter kubik. Komersialisasi produk CBP dari limbah biomassa lignoselulosa akan mampu mengurangi ketergantungan impor nasional terhadap produk CBP dari Tiongkok,” kata Mego dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (16/12).

Inovasi Limbah Kayu untuk Selesaikan Masalah Lingkungan

Ia berharap inovasi ini dapat membuka lapangan pekerjaan baru. Upaya ini juga sekaligus menjadi solusi inovatif bagi penyelesaian masalah lingkungan.

Inovasi ini pun lanjutnya, bisa mendorong ide dan solusi lainnya dengan pengembangan dan konsep yang sama. Menurutnya dengan teknologi sisa bahan-bahan yang tidak terpakai mampu berubah menjadi produk lain yang bernilai jual tinggi.

Sementara itu Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati BRIN Iman Hidayat menjelaskan, komersialisasi dari teknologi produksi CBP yang Pusat Unggulan Iptek Lignoselulosa, Pusat Riset Biomaterial-BRIN hasilkan bentuk respon cepat BRIN dalam membantu kebutuhan UMKM dan pelaku industri.

“Pada tahun 2020 CV Kibti Furniture datang ke BRIN. Saat itu melalui Pusat Pemanfaatan Iptek dan Inovasi, meminta bantuan terkait permasalahan limbah biomassa industri kayu khususnya di wilayah Jepara dan potensi pemanfaatannya untuk produksi CBP yang berstandar internasional,” paparnya.

Produk Inovasi CBP Telah Kantongi Paten

Dari kondisi itu, Pusat Penelitian Biomaterial segera merespon dengan membuatkan prototipe CBP yang sesuai dengan kebutuhan industri. Pada tahun 2021, kolaborasi ini mendapat dukungan pendanaaan dari Kemenristekdikti/BRIN untuk mengembangkan dan mempercepat komersialisasi produk hasil teknologi komposit bantalan kaki palet atau chip block pallet.

“Kegiatan tersebut sudah menghasilkan paten dan produk CBP yang telah uji pasar. Hasilnya kualitas, produk yang kita hasilkan sudah pasar ekspor terima. Tahapan berikutnya adalah mengurus proses lisensi teknologi kepada CV Kibti,” imbuh Iman.

Inventor CBP Sukma Surya K menjelaskan, keunggulan CBP yakni superior load strength, hight nail holding power, high durability, free formaldehyde emission dan simple installation.

“CBP adalah produk komposit ramah lingkungan karena bebas emisi formaldehida yang membahayakan kesehatan dan bahan baku menggunakan limbah industri kayu,” ujarnya.

Dalam peluncuran produk CBP, BRIN menampilkan 10 produk terbaru dari Pusat Riset (Pusris) Biomaterial BRIN. Tahun 2021 ini terdapat lebih dari 25 paten baru yang telah Pusris Biomaterial daftarkan. Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya sudah berhasil BRIN lesensikan kepada mitra-mitra industri, termasuk produk CBP ini.

Kepala Pusat Riset Biomaterial Akbar Hanif Dawam mengungkapkan, inovasi ini adalah bentuk tanggung jawab BRIN memberi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Kami berharap akan terjadi kolaborasi yang semakin kuat antara BRIN dan industri. Selain itu juga mendukung lahirnya ekosistem riset di tanah air,” kata Akbar.

Penulis: Ari Rikin

Top