Bunga Ketul, Tumbuhan Hama Namun Banyak Manfaat

Reading time: 2 menit
Bunga Ketul. Foto: greeners.co/Ady Kristanto

Bunga Ketul (Bidens pilosa), merupakan sepupu dari bunga Aster. Bunga ini termasuk kedalam suku Asteraceae (keluarga bunga matahari) yang merupakan kelompok terbesar dari tanaman berbunga. Nama lain dari bunga ketul adalah acerang, ajeran, hareuga (Sunda); petul, ketulan, ketul kebo, ketul sapi, jaringan, caringan (Jawa); lanci thuwa, lancing thuwa, cing-lancingan (Madura); serta Spanish Needle, Blackjacks, Beggar ticks (Inggris).

Bunga ini umumnya ditemukan liar sebagai gulma di tepi jalan, di kebun-kebun pekarangan, di perkebunan-perkebunan, atau pada lahan-lahan terlantar. Menyukai tanah yang lembap dengan sinar matahari penuh, ketul didapati di ketinggian mulai 0 meter hingga ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun dengan kelopak berwarna putih dengan kuntum berwarna jingga di tengahnya.

Bunga Ketul dalam penyerbukannya dibantu oleh sebagian besar serangga secara epizoik, yakni pembuahan dengan cara menempel di bagian luar tubuh binatang. Setelah terjadi proses percampuran antara putik dengan benang sari maka akan terjadi proses pembuahan, dan dalam waktu seminggu (apabila kondisinya sesuai) 35–60% biji (buah) yang terjatuh di tanah akan berkecambah. Daya kecambahnya pun tetap tinggi setelah 3–5 tahun tersimpan, sekitar 80% biji masih mampu berkecambah. Ini yang menjadikan bunga ketul dapat tumbuh dan beradaptasi di berbagai keadaan.

Bunga Ketul. Foto: greeners.co/Ady Kristanto

Bunga Ketul. Foto: greeners.co/Ady Kristanto

Bunga ketul pertama kali dikoleksi dan diberi nama oleh Carl Linnaeus pada tahun 1753 di Amerika Selatan dan telah menyebar luas di Jawa sejak sebelum tahun 1835 hingga menyebar di seluruh nusantara. Kini diketahui tersebar di seluruh daerah tropis dan menjadi tumbuhan hama di berbagai negara.

Walaupun dianggap sebagai hama, bunga ketul dapat dijadikan obat herbal yang sangat ampuh, terutama daun-daunnya digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional. Bunga liar ini mewakili reservoir berharga molekul bioaktif inovatif.

Bunga ketul adalah salah satu tanaman obat yang sangat penting, karena dalam berbagai penelitian medis, ditemukan bukti bahwa bunga ketul memiliki sifat farmakologis yang efektif, seperti kegiatan antibakteri, aktivitas anti inflamasi dan anti allergi, aktivitas antimalaria, T helper sel modulator, imunosupresif antihyperglycemic, anti hipertensi, anti ulcerogenic, hepatoprotektif, anti leukemia, anti kanker, antipiretik, anti virus, anti angiogenik, anti rematik, antibiotik.

Rebusan atau perasan daun dimanfaatkan untuk mengatasi batuk, angina (sakit dada), sakit kepala, demam, diabetes, sembelit, mencret, kecacingan, sakit perut, sakit gigi, keracunan, pegal-pegal, serta dicampurkan dalam air mandi untuk menyembuhkan gatal-gatal dan nyeri rematik.

Di Jawa Barat, daun-daun dan pucuk ketul yang muda dikunyah sebagai obat sakit gigi. Pucuk yang dilayukan di atas api digunakan untuk mempercepat pematangan bisul. Di banyak tempat, terutama di Jawa, daun-daun muda dimanfaatkan sebagai lalapan.

Penulis: Ady Kristanto

Top