Pakar : Buta Flora Ancam Kepunahan Tumbuhan dan Kerusakan Alam

Reading time: 3 menit
Potensi flora dan penjual tanaman
Pakar mengingatkan warga untuk tidak mengambil tanaman dari hutan melainkan mulai melakukan budi daya. Foto: Shutterstock.

Jakarta (Greeners) – Tumbuhan di alam memiliki peranan penting untuk seluruh kehidupan makhluk hidup di dunia. Tak sekadar sumber pangan, tapi sebagai penyerap karbon dioksida yang mengubahnya menjadi oksigen sehingga membuat udara lebih bersih.

Selain itu, tumbuhan berperan penting sebagai tempat bernaung beragam satwa sekaligus sebagai “pabrik” penyedia obat, nutrisi, perlindungan bencana alam, hingga nilai estetis yang tinggi. Sebagai penumpu kehidupan, manfaat tumbuhan sangat besar terhadap kehidupan.

“Kalau tidak ada tumbuhan dan tanaman maka tak ada lagi kehidupan lain di dalamnya. Rantai makanan akan terputus dan makhluk hidup punah,” ujar pakar biodiversitas Endang Sukara kepada Greeners baru-baru ini.

Lebih jauh ia menyatakan Indonesia memiliki keanekaragaman biodiversitas yang tinggi dan endemis. Hampir 60 persen tumbuhan di Indonesia tidak negara lain miliki. Ia menyebut peran tumbuhan sangatlah krusial, utamanya bagi keberlanjutan makhluk hidup, seperti hewan dan manusia.

Mengingat peran pentingnya, sudah idealnya jika manusia lebih menghargai tumbuhan (flora). Ironisnya, masih banyak masyarakat yang tak sadar dan peduli terhadap tumbuhan dan tanaman. Endang menyebut, ketidakpedulian ini berbanding lurus dengan ketidakpedulian terhadap konservasi.

Istilah Buta Flora Muncul di Tahun 1998

Di tahun 1998, Wandersee dan Schussler memperkenalkan istilah ‘buta flora’. Mereka mendefinisikan kebutaan tumbuhan dan tanaman secara luas. Tepatnya kondisi ketidakmampuan untuk memperhatikan tumbuhan dan tanaman di lingkungan sendiri.

Kondisi ini juga mencakup ketidakmampuan untuk mengenali fitur biologis estetis dan pentingnya tumbuhan dalam biosfer kehidupan.

Tak hanya itu, Wandersee dan Schussler serta para pendidik biologi juga menemukan fakta menarik. Fakta itu menyebut, sebagian siswa biologi lebih suka mempelajari hewan daripada tumbuhan dan tanaman.

Mengacu daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) 2021, Indonesia masuk dalam negara yang memiliki spesies tumbuhan punah serta terancam kritis di dunia. Setidaknya terdapat 201 spesies tumbuhan punah secara global dan terancam kritis berjumlah 545 spesies.

Sementara Indonesia berada pada urutan kelima dari negara kehilangan spesies tumbuhan terbanyak, yaitu 36 spesies. Satu spesies telah dinyatakan punah dan dua spesies punah di alam, sedangkan 33 lainnya terancam kritis.

Endang menyebut, terancamnya flora ini karena berbagai faktor alami maupun ulah manusia. Faktor alami seperti kejadian bencana banjir, tanah longsor. Sedangkan faktor manusia antara lain deforestasi, alih fungsi lahan, hingga eksploitasi berlebihan.

“Tentu kita tak ingin jika akibat buta flora ini berimbas memperparah kerusakan alam. Kita bisa mengendalikan kerusakan yang berasal dari faktor manusia” tandasnya.

Bermain di Ruang Terbuka Hijau Tingkatkan Imun Anak

Penelitian menemukan anak-anak yang bermain di ruang terbuka hijau memiliki imun yang lebih baik. Foto: Shutterstock.

Edukasikan Nilai Penting Konservasi Tumbuhan

Oleh sebab itu, Endang mendorong, optimalisasi edukasi nilai konservasi dan pemanfaatan flora melalui peran kebun raya yang selama ini sebagai pusat koleksi tanaman. Penting, sambungnya untuk memastikan keterbukaan informasi terkait hal tersebut kepada masyarakat.

“Jangan malah khawatir koleksi akan terancam jika kita membeberkan manfaat nilainya. Itu bagian terpenting dari edukasi,” imbuhnya.

Pernyataan Endang ini menjadi refleksi peringatan Hari Konservasi Alam Nasional setiap 10 Agustus. Ia mengingatkan agar peringatan penting ini tak sekadar seremonial belaka, tapi mampu menyadarkan akan kepedulian terhadap alam.

Senada dengan itu Pengkampanye Hutan dan Kebun Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Uli Arta Siagian menyatakan, peringatan Hari Konservasi Alam Nasional menjadi momen untuk merefleksikan sejauh mana tindakan-tindakan kita untuk melindungi flora dan fauna, termasuk hutan sebagai habitat mereka.

Saat ini Indonesia kehilangan satu juta hektare hutan setiap tahun karena berbagai faktor, termasuk deforestasi. Hutan, lanjutnya tak sekadar sebagai habitat flora dan fauna, tapi sekaligus ekosistem yang menghubungkan relasi dengan manusia.

“Seperti relasi sosial rakyat, relasi budaya hingga religius. Di dalam relasi ini terdapat juga pengetahuan sehingga dapat dipelajari secara menyeluruh oleh manusia,” paparnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top