Burung Hoatzin adalah satwa endemis penghuni lembah Amazon. Spesiesnya tergabung dalam famili Opisthocomidae dengan genus Opisthocomus. Walau tidak tergolong hewan langka, mereka merupakan satu-satunya kelompok yang tersisa dari keluarga tersebut.
Hoatzin atau Opisthocomus hoazin memang sangat unik. Ia publik kenal sebagai unggas folivora (pemakan daun) yang ada di dunia, serta memiliki ciri khas bau yang menyengat.
Aroma kurang sedap itu sebenarnya diperoleh dari kebiasaan makan mereka. Burung ini mengonsumsi dedaunan penuh bakteri, yang dapat membantu proses pencernaannya.
Terlepas dari fakta tersebut, burung hoatzin juga diakui sebagai burung nasional Guyana. Mereka terbilang sangat jarang awam buru, sebab memiliki daging yang kurang nikmat.
Klasifikasi dan Ciri-Ciri Burung Hoatzin
Spesies O. hoazin atau Stinkbird biasanya memiliki bulu berwarna cokelat atau kehitaman. Kepalanya terhitung cukup kecil dengan wajah biru terang dan mata bercorak merah.
Terdapat mahkota atau jambul berwarna cokelat di atas kepala hewan tersebut. Jika kita ukur, panjang tubuh burung hoatzin dewasa mencapai 60 cm dengan berat berkisar 900 g.
Bagian punggung hingga pertengahan sayap mereka umumnya berwarna hitam dengan garis-garis putih. Sementara bagian leher bawah dan temboloknya berwarna kekuningan.
Bulu bagian tubuh belakang (dekat ekor) dan ujung sayap berwarna merah. Sedangkan buntutnya yang panjang berwarna hitam, dengan corak kuning di bagian ujung ekor.
Uniknya, burung hoatzin muda biasanya memiliki cakar di bagian sendi sayap. Itulah yang membuat khalayak berpikir, bahwa spesies ini merupakan evoluasi dari Archaeopteryx.
Secara klasifikasi stinkbird sebenarnya berkerabat dengan burung kukuk, namun dari sisi morfologi satwa tersebut justru lebih mirip ayam atau spesies burung guan (Cracidae).
Baca juga: Burung Bubut, Pemakan Serangga yang Mirip seperti Elang
Kebiasaan dan Perilaku Burung Hoatzin
Burung hoatzin aktif mencari makan pada pagi dan sore hari. Pepohonan tempatnya membuat sarang biasanya tak jauh dari kawasan sungai dan sumber pakanan mereka.
Menariknya, hoatzin sangat jarang atau hampir tidak pernah terlihat minum. Mereka lebih memilih mengonsumsi dedaunan yang kaya air, untuk memenuhi kebutuhan mineralnya.
Sungai sendiri berguna sebagai area penyelematan anak dan induk stinkbird. Mereka akan menceburkan diri ke air jika mendeteksi adanya ancaman dari elang, ular, dan monyet.
Namun bukan berarti O. hoazin lihai berenang dan terbang, ya. Sayapnya dapat mengapung di air selama beberapa menit, namun cukup payah digunakan untuk terbang jarak jauh.
Otot dada burung hoatzin tergolong sangat lemah. Karena itu sayapnya hanya berguna untuk terbang dalam jarak pendek, misalnya dari satu ranting ke ranting pohon lainnya.
Begitu pula dengan cakar anak hoatzin. Alih-alih berfungsi untuk menyerang musuh, cakar ini mereka gunakan untuk memanjat ke area pohon yang lebih tinggi lalu bersembunyi.
Reproduksi dan Pola Hidup Burung Hoatzin
Masa kawin burung hoakzin terjadi pada musim hujan waktu setempat. Ia mencapai tingkat kematangan seksual pada usia satu tahun, dengan produksi telur mencapai tiga butir.
Induk betina mengerami telur-telurnya selama 32 hari. Tubuh bayi-bayi tersebut biasanya terselimuti oleh rambut tipis berwarna hitam, serta baru bisa terbang pada usia 70 hari.
Sarangnya terbuat dari potongan kayu berdiameter 30 cm. Lokasi sarang yang ideal cukup sulit ditemukan, sehingga mereka bisa menetap di tempat yang sama hingga tiga tahun.
Ia juga menjalin simbiosis dengan bakteri perombak sel daun. Bakteri ini membantu mereka mencerna makanan, sehingga terjadi proses pembusukan yang membuat tubuhnya bau.
Perlu Anda ketahui, burung hoatzin menghabiskan 80% waktunya untuk mengunyah daun. Aktivitas ini berlangsung selama 45 jam, jika kita hitung sampai ia mengeluarkan kotoran.
Kelestarian satwa unik ini sangat perlu kita jaga. Walau berstatus risiko rendah, populasinya ahli ketahui semakin menurun akibat masifnya aktivitas alih fungi lahan di Hutan Amazon.
Baca juga: Elang Flores, Reptor Langka dari NTT yang Semakin Terancam
Taksonomi Burung Opisthocomus Hoazin
Penulis: Yuhan Al Khairi