Burung Weris, Burung Cantik Khas Minahasa

Reading time: 2 menit
Burung weris (Gallirallus philippensis) dikenal dengan nama mandar padi kalung kuning.
Foto : wikimedia commons

Jenis burung yang terkenal di daerah Sulawesi Utara, khususnya di bagian utara adalah burung mandar. Burung mandar atau burung weris telah lama dikenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat Minahasa dan Kota Kotamobagu.

Burung weris merupakan burung yang masuk dalam keluarga Rallidae yaitu keluarga burung yang memiliki ukuran tubuh kecil hingga menengah. Habitat umum dari burung ini adalah rawa dekat sungai atau danau. Burung weris biasanya berkembang biak di daerah yang bervegetasi padat.

Pada umumnya, Rallidae adalah omnivora. Banyak spesies dari family Rallidae yang memakan invertebrata, buah-buahan, biji-bijian, dan hanya sedikit yang bersifat herbivora. Perilaku berkembang biak famili ini sulit diketahui apakah monogami, poligami, atau poliandri.

BACA JUGA : Burung Anis Merah, Maskot Para Penghobi Burung Kicau

Kebanyakan spesies ini jumlah telurnya 5-10 butir, namun ada juga burung yang bertelur hanya 1 butir, bahkan ada yang bertelur sampai 15 butir. Telur dalam satu sarang tidak selamanya menetas dalam jangka waktu bersamaan dan biasanya anak akan bergantung pada induknya sampai kurang lebih 1 bulan.

Burung weris memiliki panjang sayap 129-144 mm, tarsus 39-46 mm, ekor 65-68 mm, dan panjang paruh 27-33 mm ( Allen et al. 2004). Ukuran panjang badannya adalah 28-33 cm, memiliki alis berwarna abu-abu pucat yang panjang, bagian atas kepala berbintik putih (Coates dan Bishop 1997).

Banyak dari famili ini yang akrab dengan tanah basah, dan juga daratan, kecuali padang tandus, dan wilayah kutub. Burung ini menyenangi daerah lembap atau lahan basah, seperti daerah dekat sungai, rawa, atau danau dengan vegetasi lebat. Beberapa spesies dari famili Rallidae hidup dalam berbagai jenis hutan, dari daerah dataran rendah sampai daerah dataran tinggi.

BACA JUGA : Rami Bahan Baku Tekstil Bermutu Tinggi

Burung weris (Gallirallus philippensis) dikenal dengan nama mandar padi kalung kuning. Daerah penyebarannya meliputi Filipina, Indonesia, New Guinea, Australia, dan Selandia Baru yang dikenal sebagai “Buff Banded Rail” (Allen et al., 2004). Burung G. philippensis dianggap sangat rentan terhadap kepunahan. Dari 20 spesies genus Galliralus yang masih ada hanya dua yang dianggap tidak terancam, salah satunya adalah G. philippensis.

Sebagian besar anggota genus Gallirallus adalah spesies kepulauan, beberapa di antaranya dikategorikan endemik dan masuk klasifikasi endangered dan extinct, karena tingginya gangguan dari predator seperti ular, kadal, anjing, kucing serta adanya degradasi habitat akibat aktivitas manusia. Menurut data dari IUCN (2012) G. philippensis masuk dalam kriteria least concern (LC) atau belum mengkhawatirkan.

Mengutip dari Jurnal zootek (2014), diduga populasi atau keberadaan burung ini di alam mengalami penurunan. Faktor perburuan oleh manusia maupun predator hewan liar lain, menjadi penyebab utama berkurangnya burung weris yang ada di alam. Daging burung weris banyak dikonsumsi, khususnya pada acara-acara syukuran atau adat Minahasa. Selain itu juga daging burung weris masih sering ditemui di beberapa pasar-pasar tradisional, baik di Minahasa maupun di Kota Kotamobagu.

Penulis: Sarah R. Megumi

Top