Cendrawasih Kuning Besar, “Bird of Paradise” yang Kian Rentan

Reading time: 2 menit
Saat musim kawin, cendrawasih jantan menari dan bergoyang untuk memikat betina. Foto: Freepik

Burung Cendrawasih kuning besar terkenal sebagai endemik yang indah. Pada musim kawin, burung Cendrawasih kuning besar jantan akan melakukan tarian dengan bergoyang-goyang untuk menarik betina sembari bersiul. Namun, di balik indahnya burung Cendrawasih kuning besar (Paradisaea apoda) populasinya rentan, eksistensinya pun sudah menurun drastis.

Nama Paradisaea apoda berarti “Cendrawasih tak berkaki” tak lepas dari peran Carolus Linnaeus pada awal perdagangannya ke Eropa. Spesies ini seolah tanpa sayap dan kaki oleh para pribumi sebagai hiasan.

Hal ini luput dari penjelajah asing. Sehingga mereka percaya bahwa burung ini tak berkaki dan tak pernah mendarat dan berada di udara. Itulah kenapa burung ini juga disebut sebagai “Bird of Paradise”

Morfologi dan Ciri-Ciri 

Di antara genus Paradisaea, spesies ini berukuran paling besar, panjangnya mencapai sekitar 43 sentimeter. Tubuhnya berwarna cokelat marun serta bermahkota kuning. Bagian tenggorokannya berwarna hijau zamrud dan bantalan dadanya cokelat kehitaman.

Burung jantan Cendrawasih kuning besar mempunyai panggul besar dan berwarna kuning dengan sepasang ekor kawat yang panjang. Sedangkan betina berbulu cokelat marun dan tak bergaris.

Melalui Undang-Undang No 5 Tahun 1990 dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 301/KptsII/1992, spesies ini termasuk salah satu burung yang pemerintah lindungi.

Ditinjau dari tingkat kelangkaannya, sesuai dengan kategori yang IUCN Red Data Book gunakan, burung Cendrawasih (Paradisaea apoda) termasuk kategori 2. Satwa ini populasinya jarang atau terbatas dan mempunyai risiko punah (Restricted/Rare).

Habitat dan Distribusi 

Spesies Cendrawasih kuning besar terkenal hidup menyendiri di pegunungan hutan tropis dan bersarang di atas pohon yang tinggi dan besar. Meski demikian, mereka juga kerap berada di semak-semak belukar.

Sarang burung Cendrawasih terbuat dari dahan-dahan atau lubang pohon. Mereka tersebar di hutan dataran rendah dan bukit di barat daya Pulau Irian dan Pulau Aru, Maluku Indonesia. Mereka biasa makan biji-bijian, buah-buahan hingga serangga kecil.

Perilaku dan Kebiasaan 

Burung Cendrawasih merupakan jenis yang sangat peka terhadap lingkungan. Jika lingkungan kebera­daannya terusik atau terganggu, maka jenis ini akan mencari lingkungan baru yang lebih aman.

Jenis pohon yang sangat burung Cendrawasih gemari sebagai penyedia sumber pakan di antaranya seperti Areca catechu dan Eugenia spp. Jenis-jenis vegetasi inilah yang lebih sering mereka gunakan dan manfaatkan sebagai sumber pakan.

Sementara habitat kawin jenis pohon yang biasanya yaitu di Myristica fatua HouTT, Ficus benjamina, Diospyros lolin Bakh dan Eugenia rumphii MERR.

Spesies ini menyukai dahan yang tinggi untuk melakukan aktifitas kawinnya. Setelah kawin, betina Cendrawasih hanya dapat menghasilkan 2-3 telur saja.

Manfaat Cendrawasih Kuning Besar

Meski vegetasi penyedia sumber pakan, bersarang, bertengger dan kawin masih cukup tersedia, tetapi populasi “burung surga” ini rentan. Terutama Cendrawasih jantan yang rentan akan perburuan sebagai cinderamata.

Penduduk sekitar mulai berburu Cendrawasih untuk mereka jual dengan harga tertentu. Mereka biasa memburunya baik dalam keadaan mati maupun hidup.

Padahal, peran Cendrawasih penting bagi ekosistem alam. Kehadiran mereka di dalam hutan merupakan pertanda bahwa kualitas hutan tersebut masih dalam kondisi baik dan sehat.

Burung ini adalah bagian penting dari ekosistem hutan di Tanah Papua maupun di Kepulauan Maluku karena sebagian besar Cenderawasih adalah pemakan buah. Mereka berperan penting dalam penyebaran biji dan mengontrol populasi serangga dalam hutan.

Taksonomi Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda)

Penulis: Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top