Empat Puluh Persen Flora Dunia Terancam Punah

Reading time: 2 menit
Pakar: 40 Persen Flora Dunia Terancam Punah
Kew merilis laporan berisi 40 persen flora dunia yang dibayangi risiko kepunahan. Foto: Shutterstock.

Seiring dengan pembangunan dan pembukaan lahan, keanekaragaman flora semakin tergerus. Sebuah penelitian dari Royal Botanic Gardens, Kew, Inggris memperkirakan hampir 40 persen tumbuhan di dunia terancam punah. Penilaian tersebut berdasarkan penelitian lebih dari 200 ilmuwan di 42 negara. Para ilmuwan mengatakan mereka berpacu dengan waktu untuk memberi nama dan mendeskripsikan tumbuhan baru, sebelum temuannya tersebut punah.

Kew merilis laporannya dalam acara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertujuan mendesak para pemimpin dunia untuk mengambil tindakan guna mengatasi hilangnya keanekaragaman hayati. Beragam tanaman dan jamur di dunia merupakan sumber kehidupan masa depan, karena berpotensi sebagai sumber obat, makanan, dan bahan bakar. Namun, kesempatan untuk menggunakan harta karun keanekaragaman hayati ini hilang. Pasalnya, spesies yang ada lebih dulu punah akibat perusakan habitat dan perubahan iklim.

“Kita hidup di zaman kepunahan dan hal ini menjadi gambaran risiko yang sangat mengkhawatirkan juga mendesak, sehingga kita perlu segera bertindak,” kata direktur sains di Kew, Prof Alexandre Antonelli.

Tanaman telah memberikan banyak manfaat penting. Mereka pun dapat memberikan jawaban dari tantangan dalam bidang kesehatan dan pengobatan, contohnya pada pandemi Covid-19.

Baca juga: Kupu-Kupu Kuning, Si Cerah Indikator Kualitas Alam

Flora Terancam Punah: Ilmuwan Berharap pada Teknologi

Laporan yang sama juga mengungkapkan hanya sebagian kecil dari spesies tumbuhan yang masyarakat gunakan sebagai makanan dan bahan bakar nabati. Lebih jauh, terdapat tak kurang dari tujuh ribu tanaman layak konsumsi yang berpotensi sebagai tanaman pangan masa depan. Namun, masyarakat hanya memanfaatkan segelintir tanaman sebagai sumber bahan pangan.

Ilmuwan Kew juga mendapati 2.500 tanaman yang dapat menyediakan energi bagi jutaan orang di seluruh dunia. Sementara itu, hanya ada enam tanaman seperti jagung, tebu, kedelai, kelapa sawit, lobak, dan gandum yang berpotensi sebagai penghasil biogas. Dr. Colin Clubbe, kepala ilmu konservasi di Kew menyatakan saat ini pihaknya memanfaatkan tumbuhan dan jamur di dunia, baik itu untuk makanan atau obat-obatan atau untuk bahan bakar.

Para ilmuwan memperkirakan risiko kepunahan saat ini jauh lebih tinggi dari prediksi sebelumnya. Laporan terbaru ini memperkirakan 140.000, atau 39,4% dari tanaman vaskular terancam punah. Jumlah ini meningkat apabila kita membandingkan data 2016 yang mencatat 21% flora berisiko kepunahan. Penilaian teranyar ini menggunakan sistem pengukuran konservasi yang lebih canggih dan akurat.

Para peneliti berharap kecanggihan teknologi mampu menjadi upaya penyelamatan tanaman. Para ilmuwan pun menyerukan agar penilaian risiko hayati dilacak dengan cepat, salah satunya dengan menggunakan teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence). Mereka pun mengangkat urgensi pendanaan untuk konservasi tanaman.

Lebih jauh, Kew menemukan 723 jenis tanaman yang digunakan untuk pengobatan berisiko punah. Hal ini disebabkan oleh masalah panen berlebihan di beberapa bagian dunia. Di sisi lain, ada 1.942 tanaman dan 1.886 jamur yang diklasifikasi sebagai tanaman baru oleh para ilmuwan di tahun 2019. Ilmuwan percaya, temuan ini termasuk spesies yang berharga untuk pangan, minuman, obat-obatan atau serat.

Penulis: Sarah R. Megumi

Editor: Ixora Devi

Top