Black Rain Frog, Si “Alpukat Pemarah” Endemik Afrika Selatan

Reading time: 2 menit
Sekilas wajah katak ini terlihat seperti sedang marah atau cemberut. Foto: Inaturalist

Black rain frog atau katak hujan hitam (Breviceps fuscus) dikenal juga dengan nama Plain Rain Frog atau Brown Short-headed Frog. Katak yang berasal dari famili Brevicipitidae ini dapat menggali lubang hingga kedalaman 15 cm. Berkerabat dengan Bale Mountains tree frog (Balebreviceps hillmani), Callulina kreffti, Probreviceps rhodesianus, dan lainnya.

Selama musim kawin, katak jantan akan berada di dalam lubangnya untuk menjaga telur-telur mereka. Bahkan katak jantan tersebut akan mengeluarkan suara-suara kecil untuk memanggil betinanya.

Dijuluki Sebagai Katak Alpukat Marah

B. fuscus memiliki moncong yang panjangnya sekitar 40 hingga 51 mm. Tubuhnya bulat dan dilengkapi dengan tungkai dan jari kaki yang pendek. Jari keempatnya memiliki panjang sekitar 3 mm, sedangkan jari kaki kedua berukuran jauh lebih panjang dari jari kaki pertama.

Katak ini umumnya berwarna cokelat tua hampir hitam dengan permukaan ventral yang sedikit lebih terang. Tubuhnya ditutupi oleh butiran seperti bintil-bintil kecil dengan jarak yang lebar dan berlubang-lubang, terutama pada permukaan dorsal dan area sekitar wajah. Sekilas, wajah katak ini terlihat seperti sedang marah atau cemberut. Tekstur kulit dan tampilan wajah katak ini membuatnya dijuluki “Alpukat Pemarah”.

Black rain frog adalah spesies katak penggali, oleh sebab itu mereka tidak membutuhkan air di lahan terbuka untuk bertahan hidup. Mereka menggali tanah untuk menemukan kelembapan di dalamnya. Di samping itu, ketika musim kawin, katak betina akan mengeluarkan lendir lengket dari punggungnya agar sang katak jantan tak jatuh ketika berada di atasnya.

Black Rain Frog Satwa Endemik Afrika Selatan

Katak penggali yang melimpah secara lokal ini dapat kita temukan di dalam lubang-lubang di antara tumbuhan di dasar hutan, padang rumput, hingga lereng gunung.

Mereka merupakan satwa endemik di Pegunungan Cape Fold di ujung selatan Afrika Selatan yang dapat ditemukan hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Masih Kurang Diperhatikan

Di habitat aslinya, babi hutan dan ular kerap memangsa katak ini, terutama ular bibir merah (Crotaphopeltis hotamboeia). Sementara itu, hilangnya habitat dan kebakaran hutan turut menjadi ancaman bagi populasi katak ini.

Meskipun begitu IUCN masih mengategorikan katak ini ke dalam status konservasi kurang diperhatikan (least concern) sejak 2013 dan belum diperbarui hingga kini. Selain itu, informasi terbaru mengenai eksistensi satwa ini di habitat aslinya masing sangat kurang dipublikasikan.

Walaupun begitu, kita tetap memiliki kewajiban untuk menjaga habitatnya tetap terjaga agar katak ini tidak menghadapi kepunahan di waktu dekat.

Taksonomi Black Rain Frog

Penulis : Anisa Putri

Editor : Ari Rikin

Top