Insektisida Alami dalam Buah Kepayang

Reading time: 3 menit
Kepayang
Masyarakat tradisional menggunakan racun pada biji kepayang untuk berburu. Foto: stock.adobe.com

Baduy dikenal dengan kerajinan tangan berbahan alami. Selain tas koja, buah tangan khas suku ini adalah gantungan kunci tempurung dari buah kepayang. Kepayang atau Pangium edule Reinw merupakan tanaman yang menghasilkan biji bertempurung keras dan beracun. Ia tumbuh liar di sekitar daerah aliran sungai.

Orang Sunda menamakannya sebagai picung, pucung, atau kepayang. Sedangkan di Toraja dikenal dengan Panarassan. Masyarakat di Bali menyebutnya Pangi. Sementara di Manokwari, ia disebut Awaran dan di Minangkabau dijuluki Simaung (Yohar,2012).

Pangium edule ialah tanaman berdaun tunggal dengan bulu halus lembut di bawah daun. Bentuk daunnya serupa bulat telur atau bulat, pertulangan jari menonjol di atas dan bawah, serta berwarna hijau mengkilap di bagian atas dengan ukuran 15 sampai 20 sentimeter (Sari dan Suhartati, 2015). Menurut Yohar (2012) tangkai daun kepayang berbentuk silindris dengan panjang 10 hingga 15 sentimeter. Kedudukannya sedikit berhadapan atau spiral dan berkumpul pada ranting.

Baca juga: Tuba, Biopestisida Andal Pembasmi Hama Tanaman dan Ikan Liar

Pada pohon muda, daunnya berbentuk helai bulat seperti telur, memanjang, dan berlekuk dengan ukuran 30 sampai 45 sentimeter. Tepi daun menjari lima (palmately lobed) dan pangkal berlekuk ke dalam (auriculate). Tangkai daun berupa silindris kuat berkayu dengan panjang 50 hingga 58 sentimeter. Pada musim gugur, daunnya akan meranggas di saat buah agung atau panen raya. Daun-daun mulai rontok ketika tua dan daun muda tumbuh kembali setelah berbuah (Yohar, 2012).

Buah kepayang berbentuk bulat liontin dengan kulit tebal berdiameter 10 sampai 20 sentimeter. Buah muda berwarna coklat muda dan saat masak berwarna coklat kehitaman. Tangkai buah pendek berukuran 1,5 sampai 2 sentimeter. Berat buah segar sekitar 1,3 sampai 1,9 kilogram dengan diameter 10 hingga 16 sentimeter. Umumnya dalam satu buah terdiri dari 10 sampai 15 biji. Saat pohon tua, kepayang akan memiliki buah yang besar dengan jumlah biji mencapai 25 butir. Ketika mentah daging buah berwarna putih pucat dan berwarna kuning telur, lunak berlendir, dan beraroma khas.

Kepayang

Asam sianida dalam biji kepayang bermanfaat sebagai insektisida. Foto: commons.wikimedia.org

Pohon kepayang berukuran tinggi dan terkenal memiliki racun di tubuhnya. Dalam keadaan mentah, bijinya sangat beracun karena mengandung asam sianida dengan konsentrasi tinggi. Jika dimakan dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan pusing atau mabuk.

Oleh masyarakat tradisional, racun pada biji dipakai untuk berburu dengan cara mengoleskannya di mata panah. Untuk menghilangkan kandungan asam sianida, buah kepayang yang telah matang dan jatuh dari pohon dikumpulkan dalam satu karung. Kemudian dibiarkan basah oleh air hujan atau direndam dalam air selama 10 sampai 14 hari.  Kulit dan sabutnya lebih mudah dikupas sehingga dapat menghilangkan asam sianida.

Baca juga: Brotowali, Tanaman Obat yang Bisa Membunuh Larva Nyamuk

Asam sianida dalam biji kepayang bermanfaat sebagai insektisida. Pengujian telah dilakukan untuk hama walang sangit, wereng, dan hama belalang pengganggu tanaman padi. Zat tersebut membuat efek racun terhadap perut dan saraf (Hidayat dkk, 2014). Senyawa asam sianida bekerja mematikan hama dengan menyerang pusat saraf bila terhirup dan tertelan oleh serangga.

Meskipun berguna sebagai insektisida alami, kepayang juga dimanfaatkan untuk bahan utama masakan seperti gabus pucung. Masyarakat Toraja menggunakan kepayang untuk mengolah sop konro.

Penulis: Sarah R. Megumi

Kepayang

Top