Itik Tegal, Unggas Lokal Khas Indonesia

Reading time: 2 menit
Itik Tegal
Itik Tegal. Foto: shutterstock

Itik merupakan salah satu unggas air atau waterfowls yang juga dikenal dengan nama bebek dalam Bahasa Jawa. Habitat mereka di tempat yang berair sesuai dengan struktur fisiknya seperti selaput jari dan paruh lebar serta panjang. Itik memiliki kelebihan dibanding ayam karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih tinggi (Rodenberg et al., 2006).

Umumnya populasi itik berada di daerah dataran rendah dan banyak dijumpai di rawa-rawa, persawahan, maupun muara sungai. Daerah tersebut juga dimanfaatkan oleh itik sebagai tempat bermain dan mencari makan (Saleh, 2004).

Baca juga: Ikan Gabus, Karnivor yang Mengandung Protein Potensial

Menurut tujuan utama pemeliharaannya, ternak itik sebagaimana ternak ayam dibagi menjadi tiga golongan, yaitu tipe pedaging, petelur, dan ornamen. Pengelompokkan tersebut didasarkan atas produk atau jasa utama yang dihasilkan oleh itik.

Ordo itik yang termasuk dalam golongan tipe pedaging adalah Aylesbury, Cayuga, Orpington, Muskovi, Peking, dan Rouen. Sementara yang termasuk dalam petelur biasanya berbadan lebih kecil dibandingkan dengan tipe pedaging. Mereka yang termasuk di dalam kelompok ini adalah Campbell dan Indian Runner.

Selain itu ada juga sekumpulan itik yang biasanya mempunyai warna bulu menarik atau bentuk badan yang bagus. Mereka termasuk dalam golongan itik tipe ornamen atau sebagai ternak hiasan terutama di dalam kolam hias. Bangsa yang termasuk dalam golongan ini adalah Calls, East India, Mallard, Mandarin, dan Wood duck.

Itik Tegal

Foto: shutterstock

Salah satu jenis itik lokal Indonesia adalah itik tegal yang telah mengalami domestikasi. Unggas ini merupakan salah satu rumpun itik lokal yang mempunyai sebaran geografis di Provinsi Jawa Tengah dan telah dibudidayakan secara turun-temurun.

Menurut kajian ilmiah Subiharta dkk (2013) dalam Seminar Nasional “Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura”, itik tegal termasuk dalam bangsa itik yang populasinya masih cukup banyak (Susanti dan Prasetyo, 2005). Persebarannya tidak hanya di Jawa, tapi juga sampai ke Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Papua. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh permintaan yang tinggi sebab itik memproduksi telur dalam jumlah tinggi.

Baca juga: Kucing Bakau, Perenang Tangguh yang Hidup di Hutan Mangrove

Itik tegal mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun itik asli atau itik lokal lainnya. Ciri-ciri fisiknya antara lain kepala kecil, leher langsing, panjang dan bulat, sayap menempel erat pada badan, serta ujung bulunya yang menutup di atas ekor (Susanti dan Prasetyo, 2005). Bentuk badan tersebut juga disebut ciri–ciri itik Indian Runner. Berdasarkan sejarahnya, itik lokal di Indonesia merupakan domestikasi dari itik liar (mallard) keturunan Indian Runner.

Itik tegal dicirikan dengan posisi berdiri yang hampir tegak lurus, tubuh langsing bulat seperti botol (Setioko et al., 2004). Untuk bobot badan itik tegal dewasa jantan berkisar antara 1,52 hingga 0,2 kg. Sedangkan yang betina memiliki berat 1,47 sampai 0,2 kg. Itik bersifat pemakan segala (omnivorus) karena memakan bahan dari tumbuhan dan hewan seperti biji-bijian, rumput, ikan, bekicot, dan keong.

Taksonomi Itik Tegal

Penulis: Sarah R. Megumi

Top