Jamur Wood blewit, Dapat Dikonsumsi dan Jadi Pewarna Alami

Reading time: 2 menit
Jamur Wood blewit (Lepista nuda). Foto: Inaturalist
Jamur Wood blewit (Lepista nuda). Foto: Inaturalist

Wood blewit (Lepista nuda) merupakan jamur dari famili Tricholomataceae yang muncul dari musim gugur hingga musim dingin. Jamur ini memiliki nama ilmiah sinonim Clitocybe nuda, Tricholoma lilaceum, Agaricus nudus, Cortinarius bicolor, Rhodopaxillus nudus var. pruinosus, dan lainnya. Sementara, nama umumnya adalah blue hat, blue cap, atau blue leg.

Ahli mikologi Prancis, Jean Baptiste Francois Pierre Bulliard, pertama kali mendeskripsikan jamur ini tahun 1790 dengan nama ilmiah Agaricus nudus. Kemudian, tahun 1871, taksonomi jamur ini berpindah ke genus Tricholoma oleh ahli mikologi Jerman, Paul Kummer.

Pada tahun yang sama, Mordecai Cubitt Cooke memindahkan taksonomi jamur ini ke dalam genus Lepista sehingga nama ilmiah yang sebelumnya menjadi sinonim dari Lepista nuda.

BACA JUGA: Rooting Bolete, Jamur Boletaceae yang Pahit dan Berbau Busuk

Jamur ini telah lama menjadi bagian dari cerita rakyat Eropa, hal ini karena mereka kerap tumbuh membentuk cincin yang disebut cincin peri. Beberapa orang mempercayai bahwa cincin yang terbentuk itu sebagai tempat tinggal peri atau peri menari di hutan.

Bahkan, sebagian orang lainnya meyakini cincin peri sebagai portal antara dunia peri dengan dunia manusia. Sementara, sebagian orang yang lain menganggap cincin peri sebagai tempat yang berbahaya untuk manusia, hingga berkembangnya banyak mitos di kalangan masyarakat.

Taksonomi Jamur Wood blewit (Lepista nuda). Foto: Greeners.co

Taksonomi Jamur Wood blewit (Lepista nuda). Foto: Greeners.co

Tumbuh dalam Lingkaran Cincin Peri

L. nuda memiliki tudung dan lamella berwarna ungu, berdiameter 6 hingga 15 cm dengan tepian yang sedikit menggulung. Terdapat semburat ungu memudar dan seiring bertambahnya usia, permukaan tudung berubah warna menjadi cokelat di bagian tengah. Selain itu, terdapat lamella yang berlekuk-lekuk dan tersusun padat dengan warna ungu yang indah ketika masih muda. Kemudian, berubah menjadi kuning hingga cokelat saat masak.

Sementara, bagian batangnya memiliki pangkal yang membengkak, diameternya 15 hingga 25 mm dan tumbuh tinggi sekitar 5 hingga 10 cm. Bagian sporanya berbentuk ellipsodial, berukuran 4-5µm berhias duri-duri kecil, dengan cetakan spora berwarna merah muda pucat.

BACA JUGA: Bulbophyllum wiratnoi, Anggrek Endemik dari Papua Barat

Jamur ini kerap tumbuh di cincin peri pada hutan campuran, hutan konifer, dan hutan gugur. Cincin ini sebetulnya adalah fenomena alam yang berasal dari cara miselium tumbuh di bawah tanah. Dimulai dari satu titik miselium tumbuh ke arah luar dalam gerakan melingkar hingga terlihat membentuk cincin.

Dilansir The Woodland Trust, jamur ini hanya muncul ketika suhu lingkungan berada di bawah 17 derajat. Sebab, jamur ini menyukai suhu dingin dan dapat bertahan hidup dalam cuaca beku sekali pun.

Wood Blewit Dapat Dijadikan Pewarna Alami Kain dan Kertas

Jamur wood blewits dapat dikonsumsi, namun harus dicoba dengan porsi kecil terlebih dahulu agar tidak kaget dengan rasanya. Sebab, sebagian orang tidak suka ketika mencoba memakannya walaupun aman. Di banyak daerah Eropa, jamur ini tersedia di supermarket selama musim gugur dan musim dingin, serta sangat populer di Prancis, Spanyol, dan Portugal.

Selain itu, jamur ini juga bisa untuk mewarnai kain atau kertas. Caranya sangat mudah, hanya dengan memotong jamur, kemudian rebus dalam air di panci. Air rebusannya dapat kita gunakan sebagai pewarna alami.

 

Penulis: Anisa Putri

Editor: Indiana Malia

Top