Sanca Hijau, Ular Asli Papua yang Semakin Terancam

Reading time: 2 menit
Ular sanca menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Foto: Freepik

Meskipun menyandang status sebagai satwa dilindungi, nyatanya perburuan terhadap sanca hijau masih marak terjadi. Warna ular ini memang cukup indah sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk memeliharanya.

Sanca hijau tergolong sebagai spesies ular pohon yang endemik di Papua dan pulau-pulau di sekitarnya. Satwa ini tidak berbahaya bagi manusia karena tidak memiliki bisa seperti kobra.

Memiliki nama ilmiah Morelia viridis, hewan bertubuh hijau tersebut termasuk dalam marga Morelia. Mereka berkerabat dengan sanca karpet, yang juga bisa ditemukan di Pulau Papua.

Walau tergabung dalam keluarga Pythonidae, tubuh sanca ini relatif ramping dan berukuran sedang. Seperti spesies Serpentes lain, ukuran tubuh betinanya lebih besar dibanding jantan.

Morfologi dan Ciri-Ciri Ular Sanca Hijau

Sanca hijau mampu berkembang biak sepanjang 1,5–2 meter. Ekor satwa ini sangat panjang, ukurannya bahkan dapat mencapai 14% (sekitar 21–28 cm) dari total keseluruhan tubuhnya.

Bagian leher dan kepala hewan ini terlihat dapat dibedakan. Ukuran kepalanya sendiri cukup besar sedangkan lehernya ramping. Moncongnya pun juga besar dengan bentuk yang lancip.

Tak banyak yang mengetahui bahwa spesies M. viridis tidak lahir dengan kulit hijau menyala. Ketika lahir warnanya kuning hingga kecokelatan, tetapi berubah menjadi hijau saat dewasa.

Warna hijau tersebut biasanya dihiasi oleh bintik-bintik putih atau kuning. Beberapa individu juga memiliki sedikit corak biru, bahkan ada pula yang terlahir dengan warna biru sempurna.

Jantan dewasa umumnya dapat berkembang biak seberat 1,1–1,4 kg. Sedangkan betina bisa mencapai 16 kg, bahkan pernah pula dijumpai individu yang beratnya sekitar 22 kg (49 pon).

Pola Hidup dan Kebiasaan Ular Sanca Hijau

Sebagian besar hidup ular sanca hijau dihabiskan di atas pohon (arboreal). Satwa ini sesekali turun ke permukaan untuk memburu mangsa atau mengubur telur-telurnya di dalam tanah.

Dalam sekali berbiak induk sanca mampu menghasilkan 25 butir telur. Mereka juga memiliki kemampuan berenang, sehingga bisa berpindah ke pulau-pulau lain di dalam jangkauannya.

Untuk bertahan hidup, spesies ular ini memakan kadal, tikus, burung dan mamalia kecil lain. Mereka cukup aktif saat malam (nokturnal) dan beristirahat di atas pohon pada waktu siang.

Spesies M. viridis punya perilaku berburu yang unik dengan menjuntaikan ujung ekornya. Ini dilakukan untuk menarik mangsa mendekat, kemudian barulah mereka melakukan sergapan.

Bukan cuma itu, spesies reptil ini juga mempunyai fitur termosensor. Ini membantu mereka dalam berburu mangsa, terutama hewan-hewan berdarah panas seperti kadal sampai katak.

Habitat dan Populasi Ular Sanca Hijau

Ular sanca hijau adalah fauna asli daerah beriklim tropis yang hidup di kawasan hutan hujan. Mereka dapat kita temukan pada dataran rendah hingga ketinggian 2.000 meter di atas laut.

Habitat ular tersebut biasanya memiliki tingkat kelembapan yang cukup tinggi. Selain di atas pohon, kelompok reptil ini juga menyukai semak-belukar hingga daerah hutan berawa-rawa.

Mereka menyukai hutan pinggiran yang lebih terbuka, daripada hutan pedalaman berkanopi besar. Selain minim buruan, area tersebut juga mendapatkan sedikit pasokan sinar matahari.

Seperti yang kita tahu, ular sanca membutuhkan waktu berhari-hari untuk melumat mangsa. Sinar matahari meningkatkan suhu tubuhnya supaya makanan dapat tercerna dengan cepat.

Saat ini, satwa ekstotis tersebut sudah tergolong sebagai satwa dilindungi. Total populasinya memang belum diketahui, namun angkanya disinyalir terus berkurang akibat perburuan liar.

Taksonomi Spesies Morelia Viridis

Penulis : Yuhan al Khairi

Top