Melarung Hasil Bumi di "Tanah Hila-hila" Suku Tengger

Reading time: 3 menit
Foto: greeners.co

Malang (Greeners) – Gunung Bromo merupakan salah satu gunung di Indonesia yang terkenal dengan panorama yang indah. Tak heran, ribuan orang dari dalam maupun luar negeri kerap mengunjungi gunung yang dianggap suci bagi orang Tengger, suku asli yang mendiami kawasan tersebut sejak ratusan tahun lalu.

Bagi Suku Tengger, kawasan Gunung Bromo dan sekitarnya merupakan daerah yang sakral. Suku ini menyebut kawasan Bromo sebagai “tanah hila-hila” yang berarti tanah suci.

Foto: greeners.co

Kawasan Gunung Bromo tidak pernah sepi dari wisatawan, baik dalam maupun luar negeri. Foto: greeners.co

Di kawasan ini, berbagai gelaran upacara adat dilakukan oleh Suku Tengger, suku yang bermukim di lereng pegunungan Tengger dan Semeru. Setidaknya ada upacara adat yang setiap tahun digelar di kawah Gunung Bromo, yaitu upacara Yadnya Kasada.

Upacara Yadnya Kasada merupakan salah satu upacara terbesar bagi Suku Tengger dan dilakukan di Pura Agung yang berada di tengah-tengah lautan pasir Bromo. Ribuan Suku Tengger yang bermukim di puluhan desa secara bergantian meminta berkah doa dari Dukun Tengger yang selanjutnya melarung berbagai hasil pertanian dan ternak ke kawah Gunung Bromo.

Upacara ini diselenggarakan setahun sekali pada malam purnama di bulan Kasada menurut penanggalan Tengger.

Untuk mengikuti upacara ini, mereka ada yang berjalan kaki, naik motor, maupun rombongan dengan naik mobil bak terbuka, menyeberangi lautan pasir. Tiba di kaki gunung Bromo, mereka kemudian menapaki anak tangga menuju kawah untuk melarung hasil pertanian dan peternakan.

Mereka percaya, dengan melarung hasil pertanian dan peternakan, mereka akan diberi keselamatan dan lancar dalam mencari rezeki.

Top