Meneropong Kehadiran Fesyen Berkelanjutan

Reading time: 2 menit
Meneropong Kehadiran Fesyen Berkelanjutan
Meneropong kehadiran fesyen berkelanjutan. Foto: Shutterstock.

Gerakan lingkungan hidup yang semakin masif mendorong industri untuk terus beradaptasi. Demikian pula dengan industri mode. Konsumen yang sudah lebih sadar akan kondisi lingkungan hidup kini lebih memilih mode yang ramah lingkungan. Sustainable fashion, fesyen berkelanjutan, pun mulai digaungkan.

Fesyen berkelanjutan merupakan praktik produksi, pemasaran, dan penggunaan barang mode yang ramah lingkungan. Fesyen berkelanjutan merupakan gerakan fesyen yang menyeimbangkan aspek lingkungan dan sosial-ekonomi.

Dari perspektif lingkungan, perusahaan mode harus meminimalkan efek lingkungan yang tidak diinginkan dari siklus hidup produknya setidaknya dengan tiga cara. Pertama, perusahaan memastikan penggunaan sumber daya alam secara efisien dan hati-hati. Termasuk dalam pemakaian air, energi, tanah, hewan, tumbuhan, dan  keanekaragaman hayati lainnya. Kedua, pengusaha harus menggunakan sumber energi terbarukan pada setiap tahapan. Terakhir, praktik ini memaksimalkan perbaikan, pembuatan ulang, penggunaan kembali, dan daur ulang produk dan komponennya.

Selain itu, dari aspek sosial-ekonomi, perusahaan mode harus berkontribusi untuk mendorong pola konsumsi berkelanjutan, praktik perawatan dan pencucian yang lebih ramah lingkungan, pun juga sikap keseluruhan terhadap mode.

Fesyen Berkelanjutan Juga Tanggung Jawab Konsumen

Namun, fesyen berkelanjutan tak hanya berkutat dari level produksi produk. Fesyen berkelanjutan juga mengatur tentang pola konsumsi dan penggunaan barang mode yang lebih berkelanjutan. Disinilah perubahan sikap dan perilaku konsumen dibutuhkan untuk menunjang fesyen berkelanjutan.

Sebuah survei yang dilakukan pada bulan April oleh Royal Society of Arts (RSA) menanyakan kepada masyarakat terkait bagaimana pandemi mempengaruhi opini mereka tentang industri fesyen. Hasilnya, 50 persen responden merasa industri mode harus melakukan apa pun untuk menjadi industri yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, 68 persen responden berencana mengubah kebiasaan konsumsi fesyen mereka, salah satu caranya dengan membeli lebih banyak barang bekas.

Peralihan budaya fast fashion ke fesyen berkelanjutan harus disegerakan, mengingat industri mode memiliki banyak dampak buruk bagi lingkungan. Harpers Bazaar menyebutkan bahwa industri fesyen menyumbang lebih dari 8 persen gas rumah kaca dunia. Di tahun 2050, diperkirakan lebih dari 25 persen anggaran karbon global akan digunakan dalam industri ini.

Selain itu, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dalam artikelnya mengatakan industri mode menyumbang sekitar 10 persen  emisi gas rumah kaca global karena rantai pasokannya yang panjang. Industri ini juga mengonsumsi lebih banyak energi daripada gabungan industri penerbangan dan perkapalan. Industri fesyen juga menghasilkan sekitar 20 persen limbah air global. Lebih parahnya lagi, 85 persen produk tekstil tak terpakai berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar.

Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari

Editor: Ixora Devi

Top