Wow! Ternyata Tempat Makan Rawan Kontaminasi Bakteri E. Coli

Reading time: 3 menit
E. coli
Ilustrasi. Foto: Ist

(Greeners) – Dari hasil pemantauan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) tahun 2008 terhadap kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia terjadi 153 kasus keracunan pangan di 25 provinsi dengan jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 7.347 orang, 45 orang diantaranya meninggal dunia (Kurniadi, et al, 2013). Beberapa kasus keracunan atau penyakit terjadi karena mengonsumsi makanan yang tercemar mikroba.

Berdasarkan kajian ilmiah beberapa cemaran mikroba yang dapat membahayakan kesehatan manusia adalah Escherichia coli, Enterococci, Coliform Staphylococcus aureus, Clostridium sp., Salmonella sp., Champhylobacter sp., dan Listeria sp. Diantara beberapa cemaran mikroba yang telah disebutkan, Escherichia coli atau yang familiar dikenal dengan E. coli merupakan bakteri gram negatif yang secara alami berada pada saluran sistem pencernaan hewan, manusia dan di feses (Tabbu, 2000).

Keberadaan bakteri ini di luar tubuh manusia menjadi indikator sanitasi makanan dan minuman pernah tercemar oleh kotoran manusia atau tidak. Penyebaran E. coli dapat terjadi dengan cara kontak langsung seperti bersentuhan, berjabatan tangan dan sebagainya, yang kemudian diteruskan melalui mulut. Proses pemindahan bakteri ini juga dapat melalui makanan atau minuman.

Berdasarkan penelitian Kurniadi et al dari UPT Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar dalam Jurnal Ilmu Lingkungan (2013) menjelaskan bahwa E. coli yang terdapat pada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan gejala seperti kholera, disentri, gastroenteritis, diare dan berbagai penyakit saluran pencernaan lainnya.

Diare menjadi salah satu penyakit yang erat kaitannya dengan bakteri E. coli. Menurut profil kesehatan Indonesia 2015 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Dalam beberapa kasus dan penelitian menjelaskan bahwa lingkungan yang tidak bersih menjadi faktor kuat terjadinya kontaminasi bakteri E. coli.

Kantin Sekolah Rawan Kontaminasi Bakteri E. Coli

Berdasarkan hasil penelitian Kurniadi et al dalam Jurnal Ilmu Lingkungan (2013) yang berjudul “Faktor Kontaminasi Bakteri E. coli Pada Makanan Jajanan Dilingkungan Kantin Sekolah Dasar Wilayah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Provinsi Riau” memperlihatkan bahwa kondisi higiene sanitasi kantin sekolah dasar masih sangat jauh dari aspek higiene sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan.

Keadaan ini ditandai dengan masih ditemukannya kantin yang berdekatan dengan jamban sekolah dan lokasi pembuangan sampah, tidak memiliki saluran pembuangan air limbah, tempah sampah yang tidak tertutup, atap yang mengalami kebocoran serta lantai kantin yang tidak bersih atau masih bersentuhan dengan tanah.

Dari segi ketersediaan air juga masih jauh dari aspek higiene sanitasi. Air yang digunakan untuk proses mencuci peralatan dipakai berulang-ulang dan air bekas mencuci peralatan dibuang ke saluran pembuangan air limbah yang tidak kedap air. Dalam aspek penyajian masih ditemukan makanan dan minuman yang dijual oleh pedagang kantin sekolah disajikan di atas meja dalam keadaan terbuka tanpa penutup. Hal ini berpotensi untuk terjadinya kontaminasi pada makanan dan minuman tersebut.

Berdasarkan penelitian Nurjanah et al, jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjajaran, yang berjudul “Studi Kontaminasi Makanan di Instalasi Gizi dan Kantin Rumah Sakit X Kota Bandung Tahun 2015-2017”, dalam jurnal Higiene vol 4 (2018), menunjukkan bahwa makanan dan bahan makanan di Intalasi Gizi dan Kantin rumah sakit (RS) X Kota Bandung positif mengandung E. coli. Pemeriksaan E. coli pada makanan pada tahun 2016 lebih banyak dibandingkan pada tahun 2015 dan tahun 2017.

Nurjanah et al mengungkapkan kontaminasi E. coli yang terjadi di instalasi gizi dan kantin disebabkan oleh beberapa faktor risiko yaitu kontaminasi bahan makanan, kontaminasi air, suhu pemasakan makanan yang kurang optimal, suhu penyimpanan makanan, suhu penyajian yang tidak optimal, kontaminasi dari pewadahan, kontaminasi tangan penjamah makanan, air yang digunakan dan pemasok bahan makanan.

Penelitian Wahyu Zikra, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dalam Jurnal Kesehatan Andalas (2018) yang berjudul “Identifikasi Bakteri E. coli pada Air Minum di Rumah Makan dan Cafe di Keluruhan Jati serta Jati Baru Kota Padang” juga menunjukkan air minum pada rumah makan dan kafe di lokasi penelitian terkontaminasi oleh bakteri coliform dan E. coli.

Faktor-faktor seperti wadah yang digunakan tidak steril, pekerja pemasak air minum, air dari distributor perusahaan air minum yang tidak memerhatikan kebersihan pembuatan air minum, rendahnya pengetahuan serta kurangnya kesadaran tentang kebersihan menyebabkan air minum terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Oleh karenanya penting menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat agar menjauhi kontaminasi bakteri E. coli.

Berdasarkan laman sehatnegeriku.kemkes.go.id, perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya membiasakan cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar/kecil dan sebelum menyentuh makanan dan minuman. Mencuci sayuran dan buah-buahan dengan air sampai benar-benar bersih, terutama sayuran dan buah-buahan yang dikonsumsi secara segar. Disamping itu pengawasan higiene sanitasi makanan harus dilakukan di area seperti kantin, kafe, rumah makan dan pantry.

Penulis: Sarah R. Megumi

Top