Biopestisida dari Kulit Durian

Reading time: 2 menit
Biopestisida
Penyemprotan biopestisida pada tanaman. Ilustrasi: shutterstock

Meski membantu membunuh hama pada tanaman, penggunaan pestisida kimia memunculkan efek negatif terhadap lingkungan hingga manusia. Pemakaian bahan baku kimia juga intensitas yang tinggi menyebabkan efek negatif. Untuk meminimalisirnya, masyarakat harus ekstra hati-hati dalam menggunakan pestisida.

Seorang dosen dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Rosmawati, melakukan eksperimen dengan membuat biopestisida dari limbah kulit durian. Dalam Jurnal Biology Science & Education  Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon (2016) yang ditulisnya, terdapat inovasi pemanfaatan kulit durian menjadi biopestisida. Racun alami ini merupakan pembasmi hama pada tanaman yang menggunakan bahan ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun manusia.

Baca juga: Pembangkit Listrik Tenaga Angin Kurangi Penggunaan Bahan Bakar Fosil

Durian yang terkenal dengan baunya yang khas membuat buah tropis ini menjadi primadona bagi pecinta buah. Namun, banyaknya jumlah durian yang dihasilkan ternyata menimbulkan efek negatif bagi lingkungan karena tidak semua bagiannya biasa dimanfaatkan. Setelah dimakan isinya, buah durian hanya akan menyisakan biji dan kulit sehingga seringkali hanya menjadi limbah. Namun, inovasi pestisida alami dari kulit durian dapat menjadi solusi sampah buah yang ada.

Pembuatan biopestisida dari kulit durian dimulai dengan membersihkan kulit dari kotoran-kotoran yang menempel lalu direbus selama satu jam. Setelahnya, kulit durian dijemur selama satu hari dan kemudian dipotong kecil dan dijemur kembali hingga benar-benar kering untuk mempermudah proses penghalusan.

Kulit durian

Kulit durian sebagai bahan pembuat biopestisida. Foto: shutterstock

Proses peracikan biopestisida ini memerlukan bawang putih dan daun sirsak sebagai bahan tambahan. Masing-masing bahan tambahan tersebut harus dibersihkan dan dihaluskan dengan cara diblender untuk mendapat ekstraknya. Serbuk kulit durian, ekstrak bawang putih, dan daun sirsak dicampur dengan rendaman air dan garam. Campuran tersebut akan disaring untuk mendapatkan ekstrak biopestisida. Selanjutnya, bahan-bahan tersebut difermentasi selama kurang lebih tiga hari sambil ditutup dengan kain serbet.

Pembuatan biopestisida ramah lingkungan ini telah diuji coba terhadap salah satu serangga pengganggu tanaman, yaitu ulat grayak. Dalam percobaannya, pestisida alami ini berhasil mematikan ulat grayak yang ada pada tumbuhan. Hal ini dinilai sangat membantu petani dalam bercocok tanam.

Baca juga: Subak, Sistem Pertanian Berkelanjutan di Bali

Kulit durian dan bawang putih diketahui mengandung minyak atsiri yang mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan polifenol. Zat tersebut bersifat racun terhadap hama dan nyamuk sehingga dapat dimanfaatkan menjadi pestisida nabati yang ramah lingkungan. Sementara, daun sirsak mengandung senyawa acetoginin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin yang memiliki keistimewaan sebagai anti feedent sehingga serangga hama tidak lagi ingin melahap bagian tanaman yang disukainya.

Selain ramah lingkungan, pembuatan biopestisida dari limbah kulit durian ini juga memiliki nilai ekonomis, bahan-bahannya mudah ditemukan dan tidak menimbulkan efek negatif bagi manusia seperti pada penggunaan pestisida dengan bahan kimia.

Penulis: Krisda Tiofani

Top