Balingtan Gali Potensi Pestisida Nabati untuk Sokong Ketahanan Pangan

Reading time: 2 menit
Balingtan Gali Potensi Pestisida Nabati untuk Ketahanan Pangan
Balingtan Gali Potensi Pestisida Nabati untuk Ketahanan Pangan. Foto: Shutterstock.

Seiring pesatnya pertumbuhan penduduk, target produksi pangan turut meningkat. Untuk itu ketersediaan pangan nasional menjadi aspek yang perlu menjadi perhatian. Berbagai faktor memengaruhi ketersediaan pangan, salah satunya adalah keberadaan hama dan cara pengendaliannya. Hama dapat mengancam stabilitas produksi karena penurunan produktivitas tanaman. Bahkan, ia dapat membuat petani kehilangan hasil panennya. Salah satu solusi untuk masalah ini adalah pestisida nabati.

Umumnya petani menggunakan pestisida kimia untuk mengatasi hama. Namun, seringkali penggunaan pestisida kimia berlebihan tanpa memperhatikan jenis hama, dosis, metode, hingga frekuensi dalam pemberian pestisida. Penggunaan yang berlebihan dapat meninggalkan residu dalam tanah dan air. Penggunaan yang tidak sesuai aturan bahkan membahayakan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Dalam “Pestisida Nabati: Prospek Pengendali Hama Ramah Lingkungan”, peneliti menyebut terdapat lima ratus spesies hama artropoda di seluruh dunia yang memiliki ketahanan terhadap insektisida. Selain itu, ada hampir dua ratus spesies gulma tahan herbisida.

“Keberadaan hama pada tanaman budidaya harus disikapi secara bijaksana. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dikendalikan secara terpadu mengikuti konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida kimiawi merupakan opsi terakhir dengan memperhatikan kondisi ambang ekonomi lapangan,” ungkap Mas Teddy Sutriadi dkk dalam Jurnal Sumber Daya Lahan Balai Penelitian Lingkungan Pertanian.

Baca juga: Kurangi Pencemaran Tanah dengan Insektisida Nabati dari Daun Sirih

Petani Komoditas Pangan Mulai Gunakan Pestisida Nabati

Pestisida hayati merupakan salah satu komponen dalam konsep PHT yang ramah lingkungan. Sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, Indonesia memiliki sekitar dua ribu jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida nabati. Bahan alami ini merupakan bahan pestisida hayati untuk mengendalikan hama yang ramah lingkungan. Hal ini karena pestisida nabati tidak meninggalkan residu, selain itu, bagi para petani juga lebih murah dan mudah mendapatkannya.

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) telah mengembangkan pestisida nabati berdasarkan kearifan lokal di agroekologi lahan sawah tadah hujan dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Bahan baku pestisida nabati berupa daun atau biji mimba, biji mahoni, gulma ageratum. Ekstrak bahan-bahan ini ditambah dengan asap cair dan urin sapi. Pemberian urin sapi selain sebagai bahan pengendali hama juga berperan dalam memperbaiki ketersediaan hara terutama nitrogen. Kini, petani komoditas tanaman pangan mulai menerapkan dan mengadopsi formulasi pestisida dari Balingtan.

“Bekerja sama dengan penyuluh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pati, Balingtan mengaplikasikan pestisida nabati pada dosis 10ml/L dengan frekuensi aplikasi 10 kali setiap 2 minggu sekali, pada hamparan lahan sawah yang ditanami padi varietas Ciherang, Situ Bagendit, dan Mekongga. Hasil pengubinan di lapangan menunjukkan bahwa pemberian insektisida memberikan hasil gabah kering panen lebih tinggi dibandingkan tanpa insektisida nabati, di mana peningkatan hasil pada varietas Mekongga, Situ Bagendit, Ciherang masing-masing sebesar 10,8%; 24,8%; dan 48,7%” ujar Teddy dkk.

Penulis: Mega Anisa

Editor: Ixora Devi

Top