Mengembalikan Hutan di Cina dengan Restorasi

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Chi King/flickr

Selama bertahun-tahun, Cina terkenal karena penggundulan hutannya demi mengejar pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memang terjadi, namun sumber mata air mereka jadi tercemar, udara di sana penuh dengan polusi dan habitat hewan habis dibabat. Beberapa tahun lalu, hanya tinggal 2% dari hutan di Cina yang tidak terganggu. Sementara itu penghancuran hutan di Cina telah menyumbang seperlima dari emisi gas buang yang menyebabkan perubahan iklim.

Banjir besar di tahun 1998 yang disebabkan oleh hilangnya pohon telah menekan pemerintah di sana untuk akhirnya membuat sebuah gerakan. Mereka mencanangkan Program Konservasi Hutan Nasional dan studi terbaru menyatakan bahwa program ini mulai memberikan hasil.

Jadi bagaimana cara pemerintah Cina merestorasi hutan mereka? Dimulai dengan pelarangan penebangan di banyak tempat dan kemudian membayar petani, yang biasa dituduh melakukan penebangan liar, untuk melakukan penanaman kembali hutan-hutan tersebut. Beberapa penduduk lokal bahkan dibayar untuk mengawasi hutan dan melaporkan penebangan liar.

Ilustrasi: commons.wikimedia.org

Ilustrasi: commons.wikimedia.org

Setelah beberapa tahun program ini berjalan, Pemerintah Cina menyatakan bahwa proyek konservasi hutan mereka mulai menunjukkan tanda-tanda kemajuan, klaim yang kemudian dikonfirmasi oleh analisis independen.

Peneliti dari Universitas Michigan mengevaluasi program ini dengan menggunakan citra dari Nasa yang bernama Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer. Mereka mempelajari data antara tahun 2000 dan 2010 dan menemukan bahwa tutupan hutan telah berkembang sebanyak 1,6 persen di Cina. Mungkin tidak terdengar banyak, namun itu berarti lahan seluas 158.000 kilometer persegi. Sebanyak 0.38 % hutan telah mengalami deforestasi, itu berarti sekitar 37.300 kilometer persegi.

Jadi riset ini tidak hanya berarti lampu hijau untuk Cina dengan kebijakan restorasinya. Sekarang Cina mengimpor lebih banyak kayu, dari negara-negara seperti Vietnam, Madagaskar dan Russia, yang diingatkan oleh peneliti karena bisa terjadi penggundulan hutan di negara-negara tersebut. Kita semua adalah bagian dari masalah dengan satu cara ataupun yang lain. Kita semua membeli produk dari Cina dan negara tersebut belum mengubah ekspor dan impor kayu mereka, kata pemimpin penelitian Andres Vina. Yang berubah saat ini adalah asal dari kayunya.

Bagaimanapun juga, studi ini masih menawarkan beberapa harapan bahwa penggundulan hutan itu tidak permanen. Banyak lokasi di Cina yang mulai mendapatkan manfaat dari program ini padahal sebelumnya mereka termasuk wilayah yang mengalami penggundulan yang masif. Usaha konservasi di negara ini bisa jadi cetak biru untuk negara lain yang sedang mencari cara untuk mengurangi efek dari penggundulan hutan. Cina menargetkan untuk menghijaukan kembali 256 juta kilometer persegi lahan di tahun 2020.

Penulis: NW/G15

Top