Pohon Natal dari 24.000 Botol Bekas

Reading time: 3 menit
pohon natal
Pohon natal dari botol plastik bekas karya Yeni Mulyani Hidayat. Pembuatan pohon natal ini membutuhkan 24.000 botol plastik bekas. Foto: greeners.co/Renty Hutahaean

Jakarta (Greeners) – Ada yang tidak biasa terpajang di sudut altar gereja GPIB Paulus, Menteng, Jakarta Pusat. Di sana menjulang dengan indah sebuah pohon natal yang nampak transparan dan mengilap terkena cahaya. Pohon natal yang tingginya melebihi lantai dua gereja itu buatan salah seorang jemaat yang juga aktivis lingkungan, Yeni Mulyani Hidayat.

Mendaur ulang barang bekas bukan hal baru bagi Yeni (46) yang juga pendiri Bank Sampah My Darling (Masyarakat Sadar Lingkungan). Berbagai kriya dari barang-barang bekas (upcycle) sudah dibuatnya. Salah satu karyanya adalah pohon natal setinggi 6,5 meter yang terbuat dari puluhan ribu botol plastik bekas.

Yeni berkisah, tahun 2015 lalu, GPIB menjalankan tema tahunan yang berkaitan dengan lingkungan. Terkait tema tersebut, salah seorang pendeta yang mengenal Yeni dan karya-karyanya menantang Yeni untuk membuat pohon natal menggunakan material daur ulang. “Saya ditantangin, “Ayo ada ide gak bikin pohon natal?” Saya belum kepikiran karena sedang ada di Singapura untuk mengajar daur ulang untuk staf-staf KBRI dan TKI di sana,” kata Yeni mengenang.

Ia menerima tantangan tersebut dan mulai mencari referensi ke beberapa gereja yang juga membuat pohon natal dari barang bekas. “Akhirnya saya punya ide, botol plastik saya iris kecil-kecil lalu di solder. Jadi pohonnya terdiri dari gumpalan-gumpalan botol. Satu gumpalan itu memakan 7 botol,” katanya.

pohon natal

Yeni Mulyani Hidayat berpose di depan pohon natal karyanya. Foto: greeners.co/Renty Hutahaean

Semua jenis botol plastik, kecuali botol plastik ukuran gelas, ia gunakan untuk membentuk daun pohon. Yeni yang mengaku nilai matematikanya tidak jauh dari angka 5, justru nekat merancang dan turut mengelas rangka pohon natal yang ia bagi menjadi tiga bagian. Akhirnya, pohon natal setinggi 6,5 meter dengan lebar diameter 1,75 meter tersebut selesai dibuat.

Dibutuhkan 160 kilogram botol plastik bekas untuk membuat “daun” pohonnya, yang mana satu kilo botol plastik terdiri dari 150 botol. Jika ditotal, sebanyak 24.000 botol plastik dikumpulkan Yeni dari berbagai tempat dan lapak untuk proyek pohon natal ini.

“Pohon ini sedikit unik bagi jemaat gereja Paulus karena sepanjang gereja ini berdiri selalu menggunakan pohon hidup yang memakan biaya sampai 15 juta. Kalau pohon bikinan saya ini cuma habis Rp 6,5 juta dengan ongkos saya. Biayanya sempat membengkak Rp 1,5 juta untuk biaya las doang. Sempat bersitegang tapi begitu jadi, semuanya puas,” ujarnya.

Jerih payah Yeni yang sanggup menyelesaikan proyek ini dalam waktu yang terbilang singkat, hanya 15 hari, berbuah manis. Di hari perayaan Natal tahun itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melakukan kunjungan ke beberapa gereja di wilayah Jakarta, termasuk salah satunya adalah GPIB Paulus. Pendeta yang memimpin ibadah Natal hari itu memperkenalkan Yeni kepada Gubernur dan seluruh jemaat sebagai perancang sekaligus pembuat pohon natal botol plastik yang menghiasi altar gereja. “Aduh, sampai gemetaran waktu itu. Malu saya,” katanya sambil tertawa.

pohon natal

Berbagai kriya dari barang bekas hasil karya Yeni dan anggota Bank Sampah My Darling. Hasil penjualan kriya ini turut membantu meningkatkan perekonomian anggota bank sampah tersebut. Foto: greeners.co/Renty Hutahaean

Satu minggu menjelang Natal 2016 lalu, pohon natal upcycle buatan Yeni kembali dipasang. Yeni yang tidak puas dengan bentuk bintang yang dipasang di pucuk pohon, memutuskan untuk membuat kembali bintang yang baru dengan tambahan lampu LED didalamnya. Ia juga memperbaiki “daun” pohon yang hilang diambil pengunjung gereja. Sebagian dari yang mengambil, kata Yeni, membawanya untuk dijadikan contoh.

Selain pohon natal dari botol plastik bekas, ada banyak karya upcycle yang diciptakan oleh Yeni bersama dengan anggota Bank Sampah My Darling. Tas tangan wanita, topi, aksesoris wanita, hiasan meja, bingkai kaca, kap lampu, hingga karpet semuanya dibuat Yeni dengan memanfaatkan barang bekas.

“Hasil karya Bank Sampah My Darling sepanjang empat tahun belakangan yang paling spektakuler menurut saya pohon natal itu. Kalau kreasi yang lain-lain semua bank sampah punya. Bahkan saya ditantangin, kalau tahun depan pohon natal ini masih terpajang, saya ditantang untuk membuat yang lebih spektakuler dari ini,” ujarnya.

Jika dulu Yeni harus mengalami penolakan dan cibiran dari orang-orang terdekatnya, kini ia mendapat dukungan, terlebih dari sang suami. “Indah rasanya,” kata Yeni yang bertekad untuk tetap semangat menularkan virus cinta lingkungan kepada lebih banyak orang.

Penulis: Renty Hutahaean

Top