Rubysh Jewelry, Misi Cinta Lingkungan dengan Aksesori Plastik

Reading time: 4 menit
Rubysh Jewelry, Menjaga Lingkungan dengan Kecantikan
Rubysh Jewelry, Menjaga Lingkungan dengan Kecantikan. Foto: Shutterstock.

Saat ini, fesyen telah berkembang sangat pesat dan menawarkan berbagai variasi. Mulai dari kepala sampai kaki; berbagai model perhiasan, topi, pakaian, dan sepatu, semua dapat Anda kenakan sesuai selera. Bahannya pun bermacam-macam, ada katun, linen, sifon, dan plastik. Ya, plastik, Anda tidak salah membacanya. Contoh produk hasil olahan plastik yang dapat membuat kita tercengang tak menyangka adalah Rubysh Jewelry.

Rubysh tercipta dari kegiatan penelitian tentang pengelolaan sampah di salah satu pemukiman padat penduduk di Cibangkong, kota Bandung. Pemukiman ini termasuk salah satu prototipe pengelolaan sampah terpadu (integrated waste management). Produk pengolahannya sangat beragam mulai dari biogas, pupuk cair, pupuk kompos, hingga produk kerajinan seperti produk furnitur dan produk fesyen (tas dan perhiasan).

“Setelah penelitian tersebut dilakukan, terangkum beberapa kesimpulan, produk-produk pengolahan sampah menjadi barang artistik merupakan produk daur ulang yang banyak peminatnya dan diproyeksikan memiliki nilai yang tinggi di pasaran,” tutur Risa Gama Siregar, desainer sekaligus perwakilan Rubysh.

Di sisi lain, keuntungan ekonomi untuk pembuat kerajinan juga cukup besar. Proses pembuatannya pun tidak membutuhkan waktu yang lama dan peralatannya sederhana. Hal ini memotivasi tim Rubysh saat itu untuk meneruskan hasil penelitian ini menjadi ide bisnis.

Belajar Menerapkan Ekonomi Sirkular 

Rubysh adalah merek mode ramah lingkungan yang memanfaatkan limbah yang berlimpah. Banyaknya limbah tersebut membuat mereka terpikir untuk mengolah ratusan kilogram sampah menjadi bahan pengganti perhiasan. Awalnya mereka hanya menggodok botol PET, namun saat ini mereka mulai bereksplorasi dengan sampah plastik lainnya seperti botol kemasan HDPE.

Terlepas dari dampak negatifnya terhadap lingkungan, mereka menyadari bahwa limbah plastik cukup tahan lama untuk dijadikan perhiasan unik yang memesona dan manik-manik. Produksinya pun melibatkan perempuan dari komunitas marjinal di sekitar area pembuangan sebagai bagian dari program pemberdayaan perempuan. Ruang lingkup kerja mereka lebih dari sekadar membawa kembali limbah ke dalam rantai produksi, tetapi juga menyediakan peluang kerja bagi orang-orang yang membutuhkan.

Rubysh tercipta untuk memuaskan kebutuhan orang-orang akan apa yang mereka kenakan. Selain itu, dengan memakai produk mereka, konsumen juga berkontribusi dalam program pemberdayaan perempuan. Mereka menggalakan tagar #purchasewithpurposes karena hasil sebagian pendapatan dari setiap karya seni yang terjual juga mereka sumbangkan untuk asuransi kesehatan dan kebutuhan lain pekerjanya, seperti kebutuhan pendidikan. Mereka sangat tergugah untuk menjaga lingkungan dengan mendaur ulang sampah yang konsumen buang, menjadi barang fesyen yang bagus dan bisa para pelanggan pamerkan kepada orang-orang di sekitar.

Baca juga: Limbah Pohon Kelapa Bisa Jadi Lampu Hias Secantik Ini

Variasi Rubysh Jewelry

Produk ini memasarkan berbagai perhiasan seperti kalung, gelang dan cincin, dengan koleksi yang bermacam-macam, misalnya goddess tears, yang terinspirasi dari kisah keindahan kuno. Semua perhiasan dalam koleksi ini bernama dewi-dewi dalam mitologi Yunani, ada Artemis, Aurai, Bia, Calypso, Eris, dan masih banyak lagi. Koleksi ini menonjolkan sisi misterius serta keagungan. Batunya terbuat dari kaca daur ulang yang terbingkai dengan logam mulia yang geometris, tampak eksperimental namun modern. Detail yang ada kaca yang dibentuk juga menambah elemen canggih pada kreasi yang dibuat dengan tangan ini.

Ada juga koleksi mirk earth, yang mengambil warna marmer alami sebagai ciri khasnya. Koleksi ini memancarkan keanggunan dan kompleksitas. Aksesoris ini cocok untuk Anda yang suka gaya berpakaian yang lama namun berkelas. Sampah plastik yang digunakan untuk membuat pola marmer yang indah dengan tangan, menambah keunikan khusus pada koleksi ini.

Terakhir adalah koleksi ocean fleur. Koleksi ini unik, karena terinspirasi dari pantulan lautan yang jernih di “batu permata” tropis Indonesia. Pesona itu dibentuk menyerupai melati yang merupakan bunga untuk memperingati acara-acara khusus (seperti pernikahan) selama berabad-abad sejak jawa kuno. Koleksi yang sederhana namun elegan ini pun istimewa karena penggunaan limbah plastik PET sebagai bahan utamanya. Pemakaian bahan ini menunjukkan kepedulian mereka terhadap masa depan lautan kita.

Rubysh Jewelry, Menjaga Lingkungan dengan Kecantikan

Siapa sangka perhiasan ini tadinya adalah sampah yang (dikira) sudah tidak bermanfaat. Foto: Shutterstock.

Rubysh di Berbagai Acara Seni, Inovasi, dan Lingkungan

Merek ini pun telah berpartisipasi di berbagai kegiatan. Misalnya, Artup Festival di Bandung, yang menghadirkan seniman-seniman ternama untuk membuat keterampilan dari sampah. Selain pameran, ada juga pertunjukkan, dan seminar tentang daur ulang sampah, supaya masyarakat bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan.

Selain itu, mereka juga ikut dalam Asempreneur Challange 2016. Kementeriaan Luar Negeri Republik Indonesia menyelenggarakan acara ini sebagai wadah untuk saling bertukar ide dan pengalaman, serta mempererat kerjasama antar pemuda. Delegasinya berasal dari negara-negara terpilih di Asia, Australia, dan Eropa.

Di tahun yang sama, bisnis mereka terpilih sebagai pemenang Young Social Innovator dari NGO Australia bernama KOMPAK. Desain produk ini juga mendapat pengakuan lewat Indonesia Good Design Selection selama dua tahun berturut-turut (2019 dan 2020) dan menjadi Finalis Indonesia Fesyen and Craft Award 2020.

Rubysh juga sempat beranjak ke Manila mewakili Indonesia dalam Forum Bisnis Hijau untuk Asia dan Pasifik yang diadakan oleh Asian Development Bank (ADB). Ini adalah acara pertemuan pertama untuk para pemangku kepentingan dari pemerintah, badan usaha, organisasi swasta untuk membahas tentang inisiatif bisnis hijau di sekitar kawasan Asia dan Pasifik. Mereka menampilkan berbagai produk Rubysh kepada para pengunjung dari berbagai negara, seperti Malaysia, Myanmar, Kamboja, Filipina, China, Korea, Jepang dan lainnya. Banyak yang mendukung bisnis mereka ingin bekerja sama untuk menjual produk Rubysh di negara mereka.

Pemasaran Produk

Produk ini dipasarkan melalui website Rubysh Jewelry dan juga beberapa e-commerce besar di Indonesia. Selain itu mereka pernah mengikuti beberapa pameran seperti INACRAFT 2020, Ideafest 2020 dan Trade Expo Indonesia. Satu bulan lalu, akun Instagram Rubysh sudah mendapatkan persetujuan Instagram shopping, sehingga pelanggan bisa membeli langsung di Instagram.

“Masyarakat cenderung kaget dan sangat tidak menyangka kalau produk perhiasan menggunakan teknik pengolahan daur ulang. Kebanyakan dari mereka sangat mengapresiasi nilai positif lingkungan dan sosial dibalik pembuatan produk kami,” tambah Risa.

Penulis: Agnes Marpaung.

Top