Tak Perlu Tebang Kayu untuk Membuat Topeng Malangan

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Malang (Greeners) – Seni tari topeng malangan memang sudah melegenda sejak era Kerajaan Hindu dan Budha di Malang, Jawa Timur. Salah satu keunggulan dalam seni tari topeng malangan adalah berbagai karakter manusia yang tergambar pada topeng itu sendiri, seperti tertawa, sedih, marah, dan sebagainya.

Untuk membuat satu topeng, biasanya membutuhkan kayu yang rata-rata panjangnya 22 sentimeter dengan diameter 18 sentimeter lalu dibelah menjadi dua bagian. Jika salah dalam mengukirnya, maka proses memotong kayu kembali diulang. Namun, ada cara yang lebih ramah lingkungan untuk membuat sebuah topeng malangan. Yakni dengan memanfaatkan kertas bekas atau bubur kertas bekas. Jika salah, maka bisa dilebur lagi kertas itu menjadi bubur lagi.

Salah satu seniman dari Kedai Seni Dewan Kesenian Malang (DKM), Joko Rendy, menyempatkan diri mendemonstrasikan di depan pelajar dan pengunjung DKM, Rabu (12/11/2014) sore. Beberapa bubur kertas sudah disiapkan di ember. Cetakan topeng dari silikon dan fiber juga sudah siap dengan beberapa karakter.

Bubur kertas di dalam sebuah ember itu dengan cekatan diaduk lagi hingga benar-benar halus. Lem kalsium dan semen putih dicampurkan sedikit sebagai perekat. Secara perlahan bubur kertas itu ditempelkan di cetakan yang sudah ada. “Bagian tersulit dulu seperti hidung, mata dan cekungan-cekungan di wajah didahulukan,” kata Joko.

Setelah itu, Joko melanjutkan ke bagian pinggir dan tengah cetakan hingga mencapai ketebalan sekitar 0,5 centimeter. Untuk meresapkan air, Joko menempelkan kertas kering yang sudah disobek selebar tiga jari lalu ditata hingga menutup bagian dalam.

Proses pembuatan topeng malangan dari bubur kertas. Foto: greeners.co

“Proses pengeringan bisa dijemur atau menggunakan hairdryer,” ujar Joko sambil mengawasi Angelika, salah satu siswi SMAK Santo Albertus yang juga turut mempraktekkan membuat topeng malangan dari limbah kertas.

Topeng baru bisa diangkat dari cetakannya bila sudah benar-benar kering. Setelah itu, langkah finishing dan mewarnai topeng sesuai karakter yang ada. Sangat cepat dan efisien memang.

Membuat topeng dari kayu biasanya membutuhkan waktu hingga satu minggu, bahkan satu bulan. Sebab, proses mengukir kayu membutuhkan keahlian tersendiri dan harus dipelajari dengan tekun. Namun dengan limbah kertas, topeng malangan bisa diciptakan dalam waktu sehari atau beberapa jam saja.

Salah satu guru mata pelajaran Pra Karya Kerajinan, Joko Priyono, mengaku tertarik dengan demo yang ditampilkan. Di dalam pelajarannya, para siswa diajarkan mengolah bubur kertas sesuai imajinasi masing-masing siswa. Ada yang membuat celengan, ada juga hiasan dinding, dan lain-lain. “Nanti siswa yang belajar langsung di sini bisa mengajarkan ke teman-temannya,” kata Joko Priyono, yang mengantarkan Angelika ke DKM.

Angelika sendiri mengaku baru belajar membuat topeng malangan dari limbah kertas. Ia tampak ragu sebelumnya dan hasilnya belum sempurna karena kurang menekan ketika membuat topeng di bagian hidung sehingga ketika diangkat hidungnya putus. “Tidak apa-apa, bikin lagi nanti hasilnya boleh dibawa pulang,” kata Joko.

(G17)

Top