Pohon Jeungjing dan Kualitas Kayunya yang Mendunia

Reading time: 3 menit
Harga olahan kayu albasia mencapai ratusan ribu rupiah per kubiknya. Foto: Shutterstock

Kayu albasia mungkin adalah salah satu jenis kayu yang paling terkenal di dunia. Kayu ini dinilai mempunyai daya tahan kuat, awet, serta dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Namun, tahukah Anda dari mana kayu itu berasal? Mari berkenalan dengan pohon jeungjing.

Jeungjing termasuk dalam keluarga Fabaceae dan genus Paraserianthes. Tumbuhan ini memiliki nama ilmiah Paraserianthes falcataria, sehingga masih berkerabat dekat dengan pohon sengon (P. moluccana).

Secara histori, mulanya jeungjing dan sengon tergabung dalam genus Falcataria. Keduanya bahkan sempat dimasukkan dalam genus Albazia, tetapi keputusan itu dianulir kembali setelah riset DNA lanjutan.

Berkat penampilannya yang mirip, kedua spesies tersebut pun acap kali disamaratakan masyarakat. Sehingga, tidak heran jika sebagian orang menyebut jeungjing sebagai sengon atau pohon sengon laut.

Morfologi dan Ciri-Ciri Pohon Jeungjing

Dalam waktu setahun, pohon jeungjing dapat berkembang biak sampai setinggi 7 meter. Jika dibiarkan terus tumbuh, tinggi pohon itu dapat mencapai 40 meter dengan diameter kayu berkisar 100 cm lebih.

Batang utama terlihat lurus dan berbentuk silindris, sementara bagian cabang tumbuh bebas sampai ukuran 20 meter. Kulit terluar jeungjing tidak berbanir, licin atau agak berkutil, dengan pori-pori menonjol.

Flora ini memiliki tajuk yang rindang, berbentuk payung dan renggang. Ranting mudanya tampak bersegi dan berambut, sedangkan daunnya kecil-kecil, mudah rontok, serta tumbuh dengan ukuran 23–30 cm.

Sirip-sirip daun berjumlah 6–20 pasang, masing-masingnya mempunyai 6-26 pasang anak daun berbentuk elips. Ujung daun tampak miring dan runcing, dengan ukuran anak daun berkisar 0,6–1,8 x 0,5 cm.

Jeungjing juga memiliki bunga kecil dengan corak putih kekuningan dan agak berbulu. Pohon tersebut juga bisa menghasilkan buah berbentuk polong tipis serupa pita, yang ukurannya berkisar 6–12 x 2 cm.

Habitat dan Distribusi Pohon Jeungjing

Di habitat aslinya, pohon jeungjing dapat kita temukan di hutan-hutan primer. Mereka menyukai iklim basah atau agak kering, serta tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 1.600 meter di atas laut.

Namun karena sering dibudidayakan, tanaman itu kini bisa kita jumpai pula di hutan primer. Mereka dibiakkan di dekat perkampungan, tepi jalan dan sungai, ladang, pematang sawah, maupun daerah tegalan.

Distribusinya sendiri terbilang cukup luas, sebab menyebar di wilayah Indonesia, Filipina, hingga ke Australia. Di tanah air, spesies ini tersebar dapat kita temukan di Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, hingga Papua.

Sebagai informasi, pohon jeungjing sendiri sejatinya memiliki tiga anak jenis. Berbagai anak jenis tersebut menyebar ke berbagai daerah, yaitu:

  • Subspesies f. falcataria menyebar di Maluku dan Papua
  • Subspesies f. salomonensis dari Kepulauan Solomon
  • Subspesies f. fulva dari pegunungan Papua.

Kegunaan dan Manfaat Pohon Jeungjing

Pohon jeunjing mampu menghasilkan kayu berkualitas. Kayu tersebut dikenal sebagai kayu albasia, yang sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, papan, peti pengemas, pulp, hingga perabot rumah tangga.

Tidak cuma itu, kayu albasia juga berguna dalam pembuatan material mainan, korek api, sampan, serta kayu bakar. Sedangkan pohonnya berfungsi sebagai peneduh jalan hingga pengendali erosi tanah.

Daun-daun jeungjing dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti anak dan kambing. Sementara pepagan atau kulitnya menghasilkan zat penyamak, yang dapat digunakan sebagai ubar jala.

Untuk menambah keawetan kayu albasia, Anda dapat mengecat atau mengapuri permukaan kayu tersebut. Jenis kayu ini juga dapat diolah dalam berbagai bentuk, seperti balok, papan, hingga triplek.

Tidak main-main, harga olahan kayu albasia dapat mencapai ratusan ribu per kubiknya. Sebagai gambaran, lihat uraian berikut ini:

  • Kayu balok albasia: sekitar Rp 590.000-840.000 per kubik, untuk kayu berdiameter 25–29 cm dengan panjang 300 cm
  • Kayu papan albasia: sekitar Rp 17.000 untuk diameter 15 cm dan panjang mencapai 2,5 meter
  • Kayu triplek albasia: mulai dari Rp 56.000 untuk ukuran 40 x 60 cm, serta Rp 289.000 untuk ukuran 122 x 244 cm.

Taksonomi Paraserianthes Falcataria

Penulis : Yuhan al Khairi

Top