Anak Muda Garda Terdepan untuk Jaga Keberlanjutan Hutan Indonesia

Reading time: 3 menit
Sebagai garda terdepan, anak muda wajib terlibat untuk menjaga dan melestarikan hutan Indonesia. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Tak kenal maka tak sayang. Begitulah kiranya visi dari Hutan Itu Indonesia untuk mendekatkan hutan yang memiliki fungsi krusial bagi manusia. Bahkan fungsi hutan tak hanya masyarakat tapak rasakan manfaatnya tetapi juga hingga masyarakat kota.

Melalui kampanye dan aksi nyata, Hutan Itu Indonesia mendekatkan dan menyadarkan bahwa hutan merupakan kunci ekosistem yang tak dapat ditinggalkan. Generasi atau anak muda pun menjadi garda terdepan untuk menjaga keberlanjutan hutan Indonesia.

Berdasarkan survei yang Hutan Itu Indonesia lakukan tahun tahun 2015 terungkap bahwa banyak masyarakat Indonesia yang belum menganggap hutan berperan penting terhadap dunia. Berkaca dari sinilah, Hutan Itu Indonesia berdiri tepatnya sejak 22 April 2016.

Digital Fundraising Specialist Hutan Itu Indonesia Banon Pramesty Wulandari menyatakan, potensi hutan Indonesia sebagai hutan tropis terbesar ketiga di dunia sangat besar. Posisi Hutan Itu Indonesia bukan sekadar memastikan keberlanjutan fungsi hutan untuk generasi masa depan. Akan tetapi, juga menyadarkan pada masyarakat, khususnya generasi muda akan pentingnya hutan.

“Kenapa anak muda? Karena mereka merupakan garda terdepan keberlanjutan hutan di Indonesia ini. Apa yang terjadi detik ini akan berdampak pada mereka dan anak cucu kita ke depan,” kata perempuan yang akrab disapa Bona ini dalam Kupas Komunitas bersama Greeners, baru-baru ini.

Kampanye Perlindungan Hutan Merangkul Anak Muda

Merangkul anak muda untuk terlibat lebih aktif dalam aksi dan kampanye tentang perlindungan hutan memiliki tantangan tersendiri. Bona menyebut, anak-anak muda sekarang lebih kritis, aktif dan kreatif sehingga butuh pendekatan yang spesifik sesuai dengan minat dan hobi mereka. Bona menyebut, beberapa program Hutan Itu Indonesia menjawab kebutuhan mereka.

Misalnya, Hutan Itu Indonesia memiliki program khusus bagi anak muda yang memiliki hobi wisata kuliner bernama Jamuan Hutan. Dalam program ini, pesona dan hasil hutan termasuk makanan yang kaya dan beragam mereka hadirkan.

Sedangkan, bagi anak-anak muda yang hobi bermusik diwadahi dalam program bernama Musika Foresta. Bagi anak muda yang memiliki kegemaran berolahraga tak perlu khawatir karena terdapat program Kulari ke Hutan yang mengkombinasikan antara kegiatan fisik di dalam hutan.

Selain itu, Hutan Itu Indonesia juga banyak mengeksplorasi melalui kolaborasi dengan publik figur dalam pembuatan film pendek dengan mengusung tema hutan. “Tahun lalu kita meluncurkan film pendek bersama Dinda Kirana yang sempat mengunjungi hutan Katingan di Kalimantan. Kami selalu mencoba mengeksplorasi banyak hal,” ungkapnya.

Program-program lain yang tak kalah menarik di antaranya kampanye Jaga Hutan, Adopsi Hutan, serta Kelas Suka Hutan yang merupakan kelas sukarelawan yang tertarik dengan isu pelestarian hutan. Saat ini sudah ada sebanyak kurang lebih 500 sukarelawan yang tergabung dalam Hutan Itu Indonesia.

Adopsi Hutan Indonesia dan Gerakan Tanam Pohon

Adapun untuk program Adopsi Hutan merupakan upaya menjaga pohon, baik itu berusia puluhan hingga ratusan tahun serta penanaman pohon baru berbasis donasi. Nantinya, para donatur akan mendapatkan sertifikat, nama dan data pohon, serta titik koordinat pohon. Saat ini adopsi hutan bisa dilakukan di daerah misalnya, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat dan Kalimantan.

Dalam waktu dekat nantinya ada juga Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, serta Aceh. Dengan memastikan keberlanjutan satu pohon, maka manfaat yang akan didapatkan bisa dirasakan secara lebih luas, seperti fauna di dalamnya.

“Adopsi hutan tak sekadar menjaga satu pohon tapi juga membantu melindungi ekosistem di dalamnya, termasuk masyarakat yang ada di sekitar. Itulah pentingnya program ini,” ujar dia.

Hutan merupakan ekosistem yang sangat berpengaruh terhadap flora dan satwa di dalamnya. Misalnya, hilangnya hutan berdampak pada hilangnya burung-burung di dalamnya. Imbasnya, akan turut mempengaruhi putusnya rantai makanan dan menyebabkan ketidakseimbangan populasi satwa.

Bona menyebut, hal ini juga dapat berimbas pada manusia. “Misalnya, kalau ekosistem hutan mereka terganggu maka mereka akan merambah ke pemukiman warga dan mencari makan di sana,” tuturnya.

Hadirnya Hutan Itu Indonesia termasuk mewadahi masyarakat kota yang jauh dan tak tahu caranya untuk berkontribusi dalam pelestarian hutan. Bona menegaskan, terdapat beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan.

Misalnya kampanye dengan memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi dan fungsi hutan secara keseluruhan. Selanjutnya, yaitu program aksi melalui donasi adopsi hutan.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top