Endang Sukara: Manfaatkan Keanekaragaman Hayati untuk Capai Indonesia Sejahtera

Reading time: 4 menit
Endang Sukara

Profesor. Dr. Endang Sukara merupakan penasehat di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Foto: www.greeners.co/Ridho Pambudi

Menggabungkan Pengetahuan Tradisional dan Modern

Banyak yang belum sadar bahwa kekayaan budaya, alam, dan hayati Indonesia sangat luar biasa. Padahal, jika ilmu pengetahuan tradisional dan modern diramu, hal tersebut menjadi pengetahuan yang tak ada tandingannya.

“Kita membiarkan lahan dan hutan diubah menjadi perkebunana sawit. Beraneka ragam hewan, tumbuhan, mikroba yang berada di situ terus hilang entah ke mana. Kita tidak pernah sadar bahwa sebenarnya itu adalah tulang punggung kesejahteraan manusia khususnya bangsa Indonesia.”

Jika dari masyarakat tradisional Indonesia belum belajar banyak, dari sisi pengetahuan tradisional negara ini masih belum menghargai dan memanfaatkan potensi sebaik mungkin. Walaupun di dunia sudah diakui dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 tentang Ratifikasi Protokol Nagoya, bahwa keanekaragaman hayati dan pengetahuan tradisional tidak bisa diakses begitu saja.

Sementara untuk penelitian lebih lanjut, misalnya, belum ada peraturan siapa yang harus menjalankannya. Diperlukan multidisplin atau lembaga khusus seperti LIPI dengan management authority yang jelas, sebab, keanekaragaman hayati tidak dapat ditangani oleh satu lembaga saja. 

“Di Sulawesi ada burung Maleo, ini bisa dikembangkan menjadi potensi wisata. Ini masuk ke ranah pemerintah daerah, tetapi mempunyai hubungan dengan LIPI. Ada ahli-ahli untuk mengenal burung Maleo, apa burung Maleo itu, mengapa pemerintah daerah harus mempertahankan dia, kenapa ia harus dipromosikan.”

Endang Sukara menilai sebenarnya Indonesia sudah mengerti adanya potensi keanekaragam hayati. Namun, pemahaman tersebut hanya terbatas di situ saja. Tidak ada usaha mempelajari dan memanfaatkan sambil melindungi kekayaan yang ada.

Menurutnya, penelitian masih tidak signifikan sehingga Indonesia belum mampu mengejar ketertinggalan. Kurangnya apresiasi dan fasilitas terhadap peneliti membuat beberapa riset terbengkalai.

Top