Berbagai cara mulai dilakukan oleh manusia dalam mengatasi kerusakan lingkungan. Kepedulian terhadap Bumi kini mulai berkembang, salah satunya dengan menerapkan pola hidup minim sampah (Zero Waste), sustainable maupun upcycle fashion.
Zero Waste Indonesia merupakan salah satu kelompok yang hadir untuk mengajak masyarakat melalkukan gaya hidup berkelanjutan. Manajer Pemasaran dan Hubungan Masyarakat Zero Waste Indonesia Amanda Zahra Marsono menceritakan inisiatif berdirinya komunitas ini bermula dari salah satu pendirinya, Maurilla.
Saat itu ia melihat kondisi laut Indonesia yang dipenuhi sampah dan berpikir bagaimana cara mengurangi sampah plastik tersebut. Untuk menjadi seorang yang peduli lingkungan, kata Amanda, tentu sangat sulit. Sebab informasi mengenai pola hidup minim sampah masih terbatas. Zero Waste Indonesia kemudian menerjemahkan berbagai literatur luar negeri ke dalam Bahasa Indonesia dan memuatnya di situs mereka.
Baca juga: Gaya Hidup Zero Waste Dapat Dilakukan Semua Orang
Komunitas yang berdiri sejak 1 April 2018 ini mengampanyekan program mereka melalui dua arah, yakni online dan offline. Amanda mengatakan dari awal Zero Waste Indonesia berbasis online agar dapat diakses siapa pun dan di mana pun. Media sosial dan situs organisasi tetap menjadi platform utama untuk mengedukasi masyarakat.
Menurutnya, dengan teknologi seperti sekarang ini, informasi mengenai gaya hidup zero waste sangat mudah diakses dan diadaptasi. Meskipun kebutuhan esensial akan selalu digunakan, bukan berarti gerakan zero waste sama sekali tidak menghasilkan sampah. Sebagai manusia, kata Amanda, cukup mustahil untuk hidup tanpa membuat sampah sama sekali. Solusinya adalah dengan mencari cara untuk mengurangi sampah yang dikirim ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) seperti refuse, reuse, reduce, recycle, dan rot (5R).
Konsep gaya hidup zero waste, kata dia, tidak bisa dimengerti sepatah-sepatah karena akan menimbulkan banyak miskonsepsi. Menurutnya pelaksanaan Zero Waste dalam hidup juga tidak mahal, tidak ribet, dan bukan berarti anti plastik. Yang utama adalah mengenai pola pikir masyarakat dan hal tersebut bisa diubah secara perlahan.
Di samping itu, masyarakat perlu lebih memanfaatkan bahan baku dari alam, untuk hal seperti pengemasan misalnya. Sekarang sudah banyak ditemukan kemasan dari bahan alami yang dibuat dengan teknologi tertentu sehingga memberi kemudahan.
“Zero waste tidak membuat jadi primitif, tetapi malah progresif karena berpikir dan sadar dengan potensi alam kita. Dahulukan dari alam untuk alam,” kata Amanda saat dihubungi oleh Greeners, (16/02/2020).
Selain melakukan kampanye daring, Zero Waste Indonesia menginisiasi gerakan #zerowasteid31days yang merupakan tantangan selama 30 hari. Alasannya, karena masih banyak orang yang kebingungan untuk memulai pola hidup minim sampah. Tantangan tersebut, kata Amanda, mengajak dan memudahkan seseorang agar secara perlahan berpindah gaya hidup.
“Kami melakukan pendekatan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Dengan kebaikan tanpa menghakimi, tapi tegas dalam meluruskan miskonsepsi mengenai gaya hidup zero waste,” ujarnya.
Program Kampanye #TukarBaju
Tukar baju merupakan salah satu solusi dari sekian banyak cara untuk mengurangi limbah tekstil. Dengan adanya program tersebut zero waste Indonesia menyampaikan kepada masyarakat bahwa ada sumber sampah besar lain selain plastik kemasan.
Amanda mengatakan our trash is someone else’s treasure, dengan adanya cara berpikir seperti ini, diharapkan dapat menurunkan permintaan barang. Perusahaan fashion juga diminta untuk mengutamakan bahan, kualitas, dan juga kesejahteraan pembuatnya. Upaya ini, kata dia, akan berdampak pada pengurangan limbah tekstil di dunia.
“Supply bergantung pada demand, dengan adanya #TukarBaju kami memberi pilihan untuk tidak membeli baju baru dan justru memaksimalkan apa yang kita miliki di dalam lemari,” ucap Amanda.
Penulis: Ridho Pambudi