Bumi Journey Bantu Traveller Berwisata ‘Hijau’ Sambil Kurangi Emisi

Reading time: 3 menit
Menanam pohon dan mangrove menjadi salah satu cara mengurangi jejak karbon traveller. Foto: Bumi Journey

Jakarta (Greeners) – Tak bisa kita pungkiri industri pariwisata berkontribusi terhadap emisi karbon. Hal inilah yang melatari terbentuknya Bumi Journey yang hadir untuk membantu traveller mengurangi emisi karbonnya saat berwisata.

Creative Marketing partnership strategist Bumi Journey Faiz Karim mengatakan, terdapat tiga kata kunci untuk memastikan pengurangan emisi karbon saat travelling, yaitu plan, reduse dan carbon offset.

“Ini sekaligus mengacu ke misi kita yaitu #TravelCooler. Targetnya yaitu kita melakukan travelling tapi tetap mengusahakan melawan krisis iklim,” katanya dalam Sabtu Pagi Bahas Aksi bersama Greeners, Sabtu (20/8).

Sebelum dan saat perjalanan, para traveller harus merencanakan komponen krusial dengan pertimbangan harga, kecepatan dan emisi karbon yang akan mereka hasilkan. Misalnya, mempertimbangkan emisi karbon dari transportasi, hingga tempat penginapan yang traveller gunakan.

“Meski sekarang banyak hotel mewah, kita harus melihat langkah eco inisiative yang mereka lakukan. Jangan asal hotel mewah tapi ternyata banyak berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan,” jelasnya.

Selain itu, Faiz juga menekankan para traveller untuk memprioritaskan makanan dari lokal tempat wisata yang mereka kunjungi. Selain turut berkontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat, langkah ini sekaligus menekan emisi karbon yang dihasilkan.

“Kita tak bisa bayangkan berapa emisi karbon sepotong wagyu dari Jepang yang kita konsumsi di Bali. Kalau kita sedang di Bali maka makan makanan lokal di sana, begitu pula kalau di Jepang,” ungkapnya.

Traveller Juga Harus Hemat Konsumsi Listrik

Hal wajib lainnya yang harus para traveller lakukan antara lain memastikan penghematan energi listrik. Contohnya, dengan memastikan melepas kabel charger hp dan laptop yang tak terpakai. Sebagai langkah terakhir, para traveller didorong untuk memastikan carbon offset yang mereka keluarkan.

Faiz tak dapat memungkiri bahwa travelling turut berkontribusi besar terhadap emisi karbon. Oleh karenanya, bersama Bumi Journey, mereka dapat mengganti atau menetralkan jejak karbon yang mereka hasilkan. “Oleh karenanya jika travelling, terutama dengan Bumi Journey pasti kita akan melakukan konservasi, berupa menanam pohon,” tuturnya.

Hal ini sesuai dengan visi dan misi Bumi Journey. Sebuah platform khusus untuk para traveller yang menghubungkan ke para pelaku pariwisata secara climate friendly. Para traveller tak hanya menikmati destinasi wisata, tapi juga melakukan konservasi dan memastikan pariwisata yang berkelanjutan.

Foto: Bumi Journey

Trip ke TN Way Kambas

Salah satu kegiatan trip yang akan Bumi Journey lakukan yaitu ke Taman Nasional Way Kambas (TN Way Kambas), di Lampung pada Jumat (26/8). Setelah pengelola tutup imbas pandemi Covid-19, kini TN Way Kambas kembali lagi membuka diri dengan pembatasan pengunjung.

Faiz menyatakan, langkah ini bagian dari memastikan high quality tourism dibanding quantity tourism. Saat ini, sambungnya TN Way Kambas hanya menerima 10 orang pengunjung tiap bulan. “Kebetulan TN Way Kambas bekerja sama dengan Bumi Journey, jadi kita bisa pastikan hanya 10 seat pengunjung yang bisa ke sana dalam empat bulan ke depan,” imbuh dia.

Nantinya, peserta trip bisa menikmati dan menjelajahi kebudayaan masyarakat adat desa penyangga TN Way Kambas. Selain itu juga hunting sunrise, learning biodiversity, penanaman pohon dan ngangon dan memandikan gajah patroli.

Faiz menambahkan, bagi masyarakat di sekitar TN Way Kambas, gajah telah hidup bersama mereka. Itu artinya, perlindungan akan hewan ini sangat masyarakat utamakan. “Hal ini yang kerap kita sosialisasikan pada peserta trip kami, misalnya sekarang sudah tidak boleh lagi naik gajah,” ucapnya.

Lelaki berkacamata ini juga menyebut, peranan masyarakat adat sangat penting untuk memastikan keberlanjutan taman nasional-taman nasional yang ada di Indonesia.

“Taman Nasional itu sangat luas, tidak mungkin kan hanya sekitar 25 penjaga saja cukup. Oleh karena itulah peranan mereka sangat penting. Kita juga harus memberi peluang usaha bagi mereka, memberdayakan mereka agar tetap berkelanjutan,” tandasnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top